Kitab Kisah Para Rasul pasal 14 hingga 17 mencatat periode penting dalam pelayanan para rasul, khususnya Paulus dan Barnabas, serta kemudian Paulus dengan Silas dan Timotius. Bagian ini menggambarkan semangat mereka dalam memberitakan Injil ke berbagai kota di Asia Kecil, menghadapi berbagai reaksi dari masyarakat, dan terus teguh dalam iman meskipun diterpa kesulitan dan bahaya.
Salah satu kisah yang paling menonjol terjadi di Listra (Kisah Rasul 14:8-18). Di sana, Paulus menyembuhkan seorang pria yang lumpuh sejak lahir. Mukjizat ini begitu luar biasa sehingga penduduk setempat meyakini bahwa Barnabas dan Paulus adalah dewa yang turun dari langit. Mereka bahkan mencoba mempersembahkan korban kepada para rasul. Namun, dengan kerendahan hati, Paulus dan Barnabas menolak pujian itu. Mereka menegaskan bahwa mereka hanyalah manusia biasa, dan mereka datang untuk memberitakan tentang Allah yang hidup. Peristiwa ini menunjukkan pergeseran persepsi masyarakat terhadap para rasul, dari penerimaan hingga potensi penyembahan yang keliru.
Namun, perjalanan para rasul tidak selalu disambut dengan kekaguman. Di kota yang sama, Listra, serta di Antiokhia di Pisidia dan Ikonium, mereka menghadapi penolakan keras, penganiayaan, bahkan lemparan batu. Paulus sendiri mengalami pengalaman dilempari batu hingga dianggap mati di Listra (Kisah Rasul 14:19-20). Namun, semangat mereka tidak pernah padam. Setelah bangkit kembali, mereka melanjutkan perjalanan untuk memperkuat iman para murid baru dan mendirikan jemaat-jemaat di berbagai tempat.
Pasal 15 Kisah Para Rasul membahas sebuah keputusan penting yang harus diambil oleh para rasul terkait dengan penerimaan orang non-Yahudi ke dalam gereja. Pertanyaan apakah orang percaya dari bangsa non-Yahudi perlu disunat dan mengikuti hukum Taurat menimbulkan perdebatan. Konsili Yerusalem diadakan untuk membahas masalah ini, dan keputusannya adalah bahwa orang percaya dari bangsa lain tidak perlu mengikuti hukum Taurat secara rinci, melainkan hanya menjauhi apa yang dinodai berhala, percabulan, dan dari darah. Ini adalah langkah krusial dalam perluasan Injil ke seluruh dunia.
Memasuki pasal 16 hingga 17, Paulus melanjutkan misi penginjilannya bersama Silas dan Timotius, bahkan sempat bertemu Lukas. Mereka melakukan perjalanan ke Makedonia, di mana mereka pertama kali memberitakan Injil di Eropa. Di Filipi, mereka menghadapi penolakan dan bahkan dipenjara, namun Injil terus menyebar. Di Tesalonika dan Berea, mereka berhasil menabur benih iman, meskipun juga menghadapi oposisi. Kisah-kisah ini menekankan bahwa penyebaran Injil adalah sebuah perjuangan yang membutuhkan keberanian, iman, dan ketekunan luar biasa. Para rasul terus bergerak maju, didorong oleh panggilan ilahi dan keyakinan akan kuasa Injil.