Simbol Perjalanan dan Ajaran

Kisah Rasul 14-17: Iman dan Tantangan

Kisah Para Rasul 14:8-18 "Di Listra ada seorang yang duduk dengan kaki lemah, yang tidak pernah berjalan. Ia duduk mendengarkan perkataan Paulus. Orang itu menatap Paulus dan melihat bahwa ia beriman dapat disembuhkan. Maka kata Paulus dengan suara keras: 'Berdirilah tegak di atas kakimu!' Dan ia melompat berdiri lalu berjalan mondar-mandir. Ketika orang banyak melihat apa yang telah dilakukan Paulus, mereka berteriak: 'Dewa-dewa telah turun ke dunia dalam rupa manusia!' Mereka menyebut Barnabas Yupiter dan Paulus Merkurius, karena dialah yang memimpin pembicaraan. Imam dewa Yupiter yang berada di depan kota membawa kerbau-kerbau dan karangan bunga ke pintu gerbang untuk mempersembahkan korban kepada mereka bersama orang banyak. Tetapi ketika rasul-rasul Barnabas dan Paulus mendengar hal itu, mereka mengoyakkan pakaian mereka dan mencadi ke tengah-tengah orang banyak itu, sambil berteriak: 'Bapak-bapak, mengapa kamu melakukan ini? Kami ini manusia biasa sama seperti kamu, dan kami memberitakan Injil kepadamu, supaya kamu meninggalkan berhala-berhala yang kosong ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menciptakan langit dan bumi dan laut dan segala isinya. Pada zaman dahulu Ia membiarkan semua bangsa mengikuti jalannya masing-masing, tetapi Ia tidak membiarkan diri-Nya tanpa kesaksian, karena Ia berbuat baik dengan memberikan hujan dari langit dan musim-musim subur, dan mengisi perutmu dengan makanan dan kegembiraan.' Walaupun mereka berkata demikian, mereka hampir tidak dapat mencegah orang banyak itu mempersembahkan korban kepada mereka."

Perjalanan Misioner yang Penuh Cobaan

Kitab Kisah Para Rasul pasal 14 hingga 17 mencatat periode penting dalam pelayanan para rasul, khususnya Paulus dan Barnabas, serta kemudian Paulus dengan Silas dan Timotius. Bagian ini menggambarkan semangat mereka dalam memberitakan Injil ke berbagai kota di Asia Kecil, menghadapi berbagai reaksi dari masyarakat, dan terus teguh dalam iman meskipun diterpa kesulitan dan bahaya.

Listra: Mukjizat dan Kebingungan

Salah satu kisah yang paling menonjol terjadi di Listra (Kisah Rasul 14:8-18). Di sana, Paulus menyembuhkan seorang pria yang lumpuh sejak lahir. Mukjizat ini begitu luar biasa sehingga penduduk setempat meyakini bahwa Barnabas dan Paulus adalah dewa yang turun dari langit. Mereka bahkan mencoba mempersembahkan korban kepada para rasul. Namun, dengan kerendahan hati, Paulus dan Barnabas menolak pujian itu. Mereka menegaskan bahwa mereka hanyalah manusia biasa, dan mereka datang untuk memberitakan tentang Allah yang hidup. Peristiwa ini menunjukkan pergeseran persepsi masyarakat terhadap para rasul, dari penerimaan hingga potensi penyembahan yang keliru.

Kekerasan dan Ketahanan

Namun, perjalanan para rasul tidak selalu disambut dengan kekaguman. Di kota yang sama, Listra, serta di Antiokhia di Pisidia dan Ikonium, mereka menghadapi penolakan keras, penganiayaan, bahkan lemparan batu. Paulus sendiri mengalami pengalaman dilempari batu hingga dianggap mati di Listra (Kisah Rasul 14:19-20). Namun, semangat mereka tidak pernah padam. Setelah bangkit kembali, mereka melanjutkan perjalanan untuk memperkuat iman para murid baru dan mendirikan jemaat-jemaat di berbagai tempat.

Konflik dan Keputusan Penting

Pasal 15 Kisah Para Rasul membahas sebuah keputusan penting yang harus diambil oleh para rasul terkait dengan penerimaan orang non-Yahudi ke dalam gereja. Pertanyaan apakah orang percaya dari bangsa non-Yahudi perlu disunat dan mengikuti hukum Taurat menimbulkan perdebatan. Konsili Yerusalem diadakan untuk membahas masalah ini, dan keputusannya adalah bahwa orang percaya dari bangsa lain tidak perlu mengikuti hukum Taurat secara rinci, melainkan hanya menjauhi apa yang dinodai berhala, percabulan, dan dari darah. Ini adalah langkah krusial dalam perluasan Injil ke seluruh dunia.

Perjalanan Selanjutnya dan Penglihatan

Memasuki pasal 16 hingga 17, Paulus melanjutkan misi penginjilannya bersama Silas dan Timotius, bahkan sempat bertemu Lukas. Mereka melakukan perjalanan ke Makedonia, di mana mereka pertama kali memberitakan Injil di Eropa. Di Filipi, mereka menghadapi penolakan dan bahkan dipenjara, namun Injil terus menyebar. Di Tesalonika dan Berea, mereka berhasil menabur benih iman, meskipun juga menghadapi oposisi. Kisah-kisah ini menekankan bahwa penyebaran Injil adalah sebuah perjuangan yang membutuhkan keberanian, iman, dan ketekunan luar biasa. Para rasul terus bergerak maju, didorong oleh panggilan ilahi dan keyakinan akan kuasa Injil.