Matius 23:31

"Kamu mengaku anak-anak orang yang membunuh nabi-nabi itu."
Jaga Hati

Melambangkan teguran dan seruan untuk integritas.

Ayat Matius 23:31 adalah sebuah teguran keras dari Yesus Kristus kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat pada zamannya. Dalam ayat ini, Yesus secara gamblang menuduh mereka sebagai pewaris spiritual dari para pembunuh nabi-nabi. Ini bukanlah sekadar tuduhan tanpa dasar, melainkan sebuah pengamatan mendalam terhadap karakter dan tindakan mereka yang menunjukkan pola perilaku yang sama dengan generasi sebelumnya yang menolak dan menganiaya para utusan Allah.

Ucapan Yesus ini mencerminkan kesedihan dan kekecewaan-Nya melihat betapa kerasnya hati sebagian pemimpin agama pada masa itu. Mereka dengan bangga mengidentifikasi diri sebagai keturunan para nabi, namun dalam tindakan dan hati mereka, mereka justru melanjutkan perlawanan terhadap kebenaran yang diwahyukan Allah. Yesus melihat bahwa akar masalah mereka terletak pada kesombongan, kemunafikan, dan ketidakmauan untuk merendahkan diri di hadapan firman Tuhan.

Perkataan ini juga menjadi peringatan bagi setiap generasi, termasuk kita di masa kini. Penting untuk tidak hanya mengakui identitas spiritual kita, tetapi juga menghidupi nilai-nilai yang diajarkan. Matius 23:31 mengajarkan kita untuk melakukan introspeksi diri. Apakah kita benar-benar mengikuti jejak para nabi dalam hal kesetiaan kepada Allah dan kebenaran-Nya, ataukah kita secara tidak sadar mengulangi kesalahan masa lalu dengan menolak ajaran-Nya, memutarbalikkan firman-Nya, atau mengabaikan kebutuhan sesama atas nama kesalehan semu?

Seruan untuk "menjaga hati" sangat relevan di sini. Hati adalah pusat dari kepribadian, tempat tinggal motivasi dan keinginan kita. Jika hati telah mengeras oleh kesombongan, keangkuhan, atau keinginan duniawi, maka bahkan ucapan-ucapan religius yang paling saleh pun dapat menjadi munafik. Yesus menekankan pentingnya hati yang murni dan tulus di hadapan Allah. Integritas antara perkataan, perbuatan, dan isi hati adalah kunci utama untuk menjadi pengikut Kristus yang sejati.

Ayat ini mengundang kita untuk memeriksa motivasi di balik ibadah dan pelayanan kita. Apakah kita melakukannya untuk menyenangkan Allah dan sesama, atau untuk mendapatkan pujian dan pengakuan dari manusia? Sejarah dan kesaksian para nabi mengajarkan bahwa kesetiaan kepada Allah seringkali datang dengan harga yang mahal. Namun, imbalan yang dijanjikan bagi hati yang murni dan setia jauh melampaui segala penderitaan di dunia ini. Marilah kita merenungkan Matius 23:31, memohon hikmat ilahi agar hati kita senantiasa terarah kepada kebenaran dan kasih Allah.