Yosua 22:26

"Oleh sebab itu kami merasa perlu untuk mendirikan mezbah bagi diri kami sendiri, bukan untuk korban bakaran atau korban sembelihan, tetapi sebagai saksi antara kita dan kamu, serta antara keturunan kita sesudah kita, bahwa kita beribadah kepada TUHAN di hadapan-Nya dengan korban bakaran, korban sembelihan, dan korban keselamatan kita, supaya keturunanmu jangan berkata nanti kepada keturunan kami: 'Kamu tidak punya bagian pada TUHAN.'"

KESAKSIAN KEKAL Untuk Generasi Mendatang

Ilustrasi visual altar kesaksian bagi keturunan.

Kisah dalam Yosua 22 mencatat momen krusial pasca penaklukan Tanah Perjanjian. Suku Lewi, bersama dengan suku Ruben dan Gad, telah berjuang tanpa kenal lelah bersama suku-suku lainnya untuk merebut tanah tersebut dari bangsa Kanaan. Setelah kemenangan diraih dan tanah dibagi, kedua suku tersebut diizinkan untuk kembali ke tanah yang telah dianugerahkan kepada mereka di sebelah timur Sungai Yordan. Namun, sebelum mereka pulang, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah altar yang monumental di tepi Sungai Yordan.

Tindakan ini, meskipun dimaksudkan untuk tujuan yang baik, menimbulkan kesalahpahaman yang mendalam di antara suku-suku lainnya yang tinggal di sebelah barat Yordan. Mereka melihat pendirian altar itu sebagai tanda pemberontakan dan penyembahan berhala, yang berpotensi memisahkan diri dari ibadah bersama kepada TUHAN. Ketakutan akan terputusnya hubungan rohani dan ketaatan kepada hukum Taurat menjadi sangat nyata.

Dalam ayat Yosua 22:26, para wakil dari suku Ruben dan Gad menjelaskan dengan tegas niat mereka di balik pendirian mezbah tersebut. Mereka menyatakan bahwa altar itu bukanlah untuk tujuan persembahan korban bakaran atau korban sembelihan yang menjadi hak eksklusif mezbah di Silo. Sebaliknya, mezbah itu dibangun sebagai "saksi antara kita dan kamu, serta antara keturunan kita sesudah kita". Ini adalah sebuah simbol fisik yang kuat, sebuah pengingat abadi bahwa mereka tetap satu dalam ibadah kepada TUHAN.

Tujuan utama altar ini adalah untuk menjaga integritas kesaksian iman mereka. Dalam konteks itu, Yosua dan para pemimpin Israel lainnya menjadi sangat khawatir bahwa suku-suku yang kembali ke timur Yordan akan dianggap tidak lagi memiliki bagian dalam ibadah kepada TUHAN. Hal ini akan menciptakan celah teologis dan komunitas yang berbahaya, membiarkan generasi mendatang bertanya-tanya tentang status spiritual mereka. Mezbah kesaksian ini bertujuan untuk mencegah pertanyaan tersebut dengan menyediakan bukti yang jelas dan tak terbantahkan tentang kesatuan iman mereka.

Pesan dari Yosua 22:26 sangat relevan hingga hari ini. Altar kesaksian ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kesatuan dalam iman dan ibadah, serta bagaimana kita harus memastikan bahwa generasi mendatang memiliki pemahaman yang jelas tentang akar spiritual kita. Simbolisme dari altar ini menekankan perlunya kita untuk secara aktif membangun dan memelihara penanda-penanda iman yang dapat diwariskan, sehingga warisan rohani kita tidak pernah pudar dan selalu dapat dikenali oleh anak cucu kita.