Memahami Perbandingan dengan Zaman Nuh
Ayat Matius 24:39 adalah sebuah perikop penting yang diucapkan oleh Yesus Kristus. Dalam ayat ini, Yesus menggunakan peristiwa dahsyat di zaman Nuh sebagai analogi untuk menggambarkan bagaimana kedatangan-Nya yang kedua kali akan terjadi. Perbandingan ini bukan tanpa alasan. Zaman Nuh dikenal sebagai masa di mana kejahatan manusia telah mencapai puncaknya, sehingga Allah memutuskan untuk membinasakan dunia melalui air bah besar.
Yesus tidak hanya sekadar menceritakan ulang kisah Nuh, tetapi Ia menekankan kesamaan dalam aspek perilaku manusia dan dampaknya. Di zaman Nuh, orang-orang sibuk dengan kehidupan sehari-hari mereka – makan, minum, menikah – tanpa menyadari bahaya besar yang mengancam. Mereka mengabaikan peringatan Nuh yang terus-menerus membangun bahtera, sebuah simbol pertobatan dan keselamatan. Ketidakpedulian dan kesibukan duniawi membuat mereka lengah ketika bencana itu datang.
Peringatan bagi Generasi Sekarang
Perbandingan yang dibuat Yesus ini berfungsi sebagai peringatan yang sangat kuat bagi setiap generasi. Kedatangan Anak Manusia, yaitu Yesus Kristus, akan menjadi momen penghakiman dan penegasan kedaulatan-Nya. Sama seperti air bah yang datang tiba-tiba dan memisahkan orang benar dari orang fasik, kedatangan Kristus juga akan membawa pemisahan yang tegas.
Konteks Matius 24:39 juga terdapat dalam bagian pembicaraan Yesus mengenai tanda-tanda akhir zaman. Ia memperingatkan para murid-Nya untuk selalu waspada dan berjaga-jaga. Kewaspadaan ini bukan hanya berarti secara fisik, tetapi juga secara rohani. Kehidupan yang dipenuhi dengan kesibukan, pencarian kenikmatan duniawi semata, serta pengabaian terhadap panggilan rohani, bisa membuat seseorang sama lengahnya seperti orang-orang di zaman Nuh.
Makna Kedatangan dan Air Bah
Air bah di zaman Nuh adalah manifestasi dari murka Allah terhadap dosa. Namun, di balik murka itu, ada juga rencana penyelamatan bagi Nuh dan keluarganya yang taat. Dalam konteks kedatangan Kristus, hal ini juga menyiratkan adanya penghakiman atas dunia yang berdosa, sekaligus keselamatan bagi mereka yang percaya dan setia kepada-Nya. Ayat ini mengajarkan bahwa meskipun dunia mungkin tampak normal dan berjalan seperti biasa, perubahan besar dan penghakiman akan datang.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merenungkan ayat ini bukan sebagai sumber ketakutan, melainkan sebagai panggilan untuk hidup dalam kesadaran rohani. Hidup yang taat, penuh iman, dan senantiasa berjaga-jaga akan mempersiapkan kita untuk menghadapi kedatangan Anak Manusia, terhindar dari bencana yang akan menimpa mereka yang lengah, dan justru mendapatkan bagian dalam kekekalan bersama-Nya.