"Aku telah habis seperti rumput, hatiku kering seperti rumput, sehingga aku lupa makan. Karena kuat keluh kesahku, aku menjadi kurus kering."
Ayat ini, diambil dari Mazmur 102 ayat 4, melukiskan gambaran kesedihan dan kelelahan yang mendalam. Penulis ayat ini, dalam keadaannya yang tertekan, merasa dirinya seperti rumput yang layu dan kering. Ini bukan sekadar perumpamaan fisik, tetapi mencerminkan kondisi jiwa dan tubuh yang terkuras habis. Bayangkan rumput yang kehilangan vitalitasnya, yang terpanggang matahari dan kering kerontang; begitulah perasaannya. Kehilangan nafsu makan, "lupa makan", adalah tanda fisik dari keputusasaan yang luar biasa, di mana kebutuhan dasar pun terabaikan.
Kondisi ini, "kuat keluh kesahku", menggambarkan bahwa kesedihan itu tidak datang sesekali, melainkan terus-menerus menghantuinya. Keluh kesah yang berulang-ulang itu telah mengikis tenaganya, membuatnya "kurus kering". Ini adalah gambaran penderitaan yang nyata, yang tidak hanya dirasakan di dalam hati, tetapi juga terlihat dari luar. Penulis Mazmur ini sedang berada dalam lembah penderitaan yang paling gelap.
Namun, penting untuk diingat bahwa Mazmur ini tidak berhenti pada gambaran kesedihan. Penulis seringkali mengungkapkan pergumulan terbesarnya kepada Tuhan, mencari pemulihan dan pertolongan. Dalam konteks Mazmur 102 secara keseluruhan, ayat ini menjadi pembuka yang kuat untuk permohonan pertolongan yang lebih besar. Sang pemazmur menggambarkan keadaannya yang terpuruk untuk kemudian memohon belas kasihan dan intervensi Ilahi. Ia mencari Tuhan di tengah keputusasaannya, berharap akan kebangkitan dan pemulihan.
Bagi kita yang membaca saat ini, ayat ini dapat menjadi pengingat bahwa penderitaan dan kelelahan adalah bagian dari pengalaman manusia. Kita pun mungkin pernah atau akan merasakan hal serupa. Namun, seperti pemazmur, kita memiliki akses kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Kuat. Di tengah rasa lelah, putus asa, atau perasaan "kurus kering" secara rohani, kita diundang untuk membawa pergumulan kita kepada-Nya. Tuhan tidak menutup mata terhadap kesakitan hati umat-Nya. Justru dalam kerapuhan kita, Ia menunjukkan kekuatan-Nya. Mazmur 102:4 mengingatkan kita untuk tidak berdiam diri dalam kesedihan, tetapi untuk mencari terang dan pemulihan dalam kasih Tuhan. Ini adalah undangan untuk terus berharap, bahkan ketika perasaan kita kering seperti rumput di padang gurun.
Kehidupan seringkali menghadirkan badai yang menguji ketahanan kita. Terkadang, kita merasa seperti daun kering yang terhempas angin, tanpa arah dan tujuan. Tekanan pekerjaan, masalah keluarga, atau pergumulan pribadi dapat menguras energi kita hingga titik terendah. Rasa lelah yang mendalam ini bisa membuat kita merasa terasing, bahkan dari diri sendiri, seolah lupa akan hal-hal yang seharusnya menjadi sumber kekuatan dan sukacita. Namun, justru di saat-saat tergelap inilah, kita perlu mengingat bahwa ada sumber kekuatan yang tak terbatas, yaitu Tuhan. Pengalaman pemazmur, meskipun terasa pahit, pada akhirnya menuntunnya kepada harapan dan pemulihan. Semoga kita pun dapat menemukan kekuatan yang sama di dalam Dia.