Kejadian 23:18 - Makam Untuk Sarah

"Itulah tanah itu, di depan Mamre, telah dibeli oleh Abraham dari bani Het: tanah dengan gua di dalamnya, dan segala pohon di sekitarnya di segenap batasannya dibeli oleh Abraham."
Gua Makam

Ayat Kejadian 23:18 mencatat momen penting dalam kehidupan Abraham: pembelian gua Makhpelah di Hebron sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi istrinya tercinta, Sarah. Peristiwa ini bukan sekadar transaksi jual beli tanah biasa, melainkan sebuah bukti konkret dari janji dan kepemilikan Abraham di tanah Kanaan, yang kelak akan menjadi milik keturunannya. Abraham, yang hidup sebagai orang asing dan pendatang di negeri itu, dengan gigih bernegosiasi dengan bani Het untuk mendapatkan tanah tersebut secara sah. Ia tidak mau menerima tanah itu sebagai hadiah, melainkan membelinya dengan harga yang setimpal. Hal ini menunjukkan betapa ia menghargai kepemilikan yang diperoleh dengan cara yang benar dan diakui oleh penduduk setempat.

Pembelian gua Makhpelah ini merupakan langkah pertama Abraham dalam membangun jejak kepemilikan yang kuat di tanah perjanjian. Setelah Sarah meninggal, Abraham tidak hanya merasa sedih, tetapi juga memikirkan masa depan dan tempat yang layak bagi sang istri. Negosiasinya dengan Efron orang Het dan bani Het lainnya menunjukkan kebijaksanaan dan keteguhan hatinya. Ia tidak terburu-buru, namun cermat dalam setiap detail, memastikan bahwa pembelian tersebut sah secara hukum adat pada masa itu. Hal ini juga menggambarkan rasa hormatnya kepada Sarah dan keinginan untuk memberikan penghormatan terakhir yang terbaik.

Kejadian 23:18 ini menyoroti nilai-nilai kejujuran, kesepakatan yang sah, dan pentingnya memiliki tempat yang tetap. Bagi Abraham, tanah ini bukan hanya tempat pemakaman, tetapi juga fondasi awal dari klaim kepemilikan yang lebih besar di masa depan. Ia rela mengeluarkan uang yang banyak untuk memastikan bahwa makam Sarah adalah miliknya sendiri, bukan sekadar pinjaman atau pemberian. Ini adalah investasi spiritual dan historis yang sangat berarti bagi kelangsungan garis keturunannya di tanah Kanaan. Momen ini menjadi titik tolak penting dalam narasi Kitab Kejadian, menggarisbawahi hubungan Abraham dengan tanah yang dijanjikan Tuhan.

Sebagai seorang pendatang, Abraham menunjukkan bahwa ia menghargai tatanan sosial dan hukum yang berlaku di negeri yang ia tinggali. Ia berinteraksi dengan penduduk lokal dengan sopan namun tegas, mengamankan hak-haknya. Pembelian tanah ini memperkuat posisinya dan memberikan rasa aman, meskipun ia sadar bahwa ia hanya seorang pengembara. Gua Makhpelah menjadi simbol pertama dari kehadiran yang permanen dan kepemilikan tanah Kanaan, sebuah janji yang terus bergulir hingga generasi mendatang. Kisah ini memberikan pelajaran tentang bagaimana menghargai kepemilikan yang sah dan bagaimana keputusan di masa lalu dapat memiliki dampak jangka panjang bagi masa depan.