Mazmur 106:14 - Keinginan Daging Umat Israel

"Tetapi mereka lekas saja berbuat dosa, melupakan perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak menanti-nantikan keputusan-Nya."

Ilustrasi umat Israel yang berpaling dari jalan Tuhan

Ayat Mazmur 106:14 dengan tegas menggambarkan sebuah pola perilaku yang seringkali muncul dalam perjalanan umat Israel, dan sejatinya, juga dalam kehidupan banyak orang. Frasa "mereka lekas saja berbuat dosa" menunjukkan betapa cepatnya mereka tergelincir dari jalan yang benar. Godaan dan keinginan daging seringkali lebih menarik daripada ketaatan kepada Tuhan. Mereka melupakan berkat dan pertolongan yang telah Tuhan berikan sebelumnya. Setiap kali Tuhan campur tangan dengan kuasa dan kasih-Nya, umat-Nya cenderung mengingatnya hanya sesaat, sebelum kembali terbuai oleh kenikmatan duniawi atau ketakutan sesaat.

Lebih jauh lagi, ayat ini menyoroti keengganan mereka untuk "menanti-nantikan keputusan-Nya." Ini bukan sekadar tentang ketidak sabaran, melainkan tentang penolakan untuk berserah pada waktu dan kehendak Tuhan. Dalam banyak situasi, mereka menginginkan solusi instan sesuai dengan keinginan mereka sendiri, bukannya menunggu wahyu atau arahan Ilahi. Keinginan untuk mengendalikan situasi, untuk mengambil jalan pintas, atau untuk memuaskan diri sendiri seringkali mengalahkan hikmat ilahi yang mungkin membutuhkan waktu untuk terungkap atau diimplementasikan.

Perilaku ini menjadi peringatan keras. Sejarah Israel dipenuhi dengan siklus pemberontakan, hukuman, penyesalan, dan penebusan. Mazmur 106, secara keseluruhan, adalah ratapan atas ketidaksetiaan umat dan pengingat akan kesetiaan Tuhan yang tak tergoyahkan. Ayat 14 ini adalah inti dari masalah tersebut: kegagalan untuk belajar dari masa lalu dan keengganan untuk mempercayai rencana Tuhan yang lebih besar.

Dalam konteks pribadi, kita bisa bertanya pada diri sendiri: seberapa sering kita "lekas saja berbuat dosa"? Apakah kita mudah tergoda oleh hal-hal yang menyenangkan mata atau daging, bahkan ketika kita tahu itu bertentangan dengan prinsip-prinsip rohani kita? Seberapa sering kita "melupakan perbuatan-perbuatan-Nya" dalam hidup kita, mengabaikan berkat-berkat yang telah kita terima dan bantuan yang telah diberikan di masa lalu? Dan yang terpenting, apakah kita benar-benar "menanti-nantikan keputusan-Nya," ataukah kita terburu-buru mengambil keputusan sendiri, seringkali dengan konsekuensi yang merugikan?

Belajar dari Mazmur 106:14 membutuhkan introspeksi yang jujur dan komitmen yang diperbarui untuk hidup dalam ketaatan dan kepercayaan. Ini berarti berlatih kesabaran, mendengarkan suara Tuhan, dan membiarkan hikmat-Nya menuntun setiap langkah kita, bukan sekadar keinginan sesaat yang seringkali menyesatkan. Hanya dengan demikian kita dapat menghindari pola dosa yang berulang dan mengalami kedamaian serta berkat yang sejati dari hubungan yang intim dengan Tuhan.