Mazmur 106:15

"Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka dambakan, tetapi mendatangkan penyakitku ke dalam jiwa mereka."
Ilustrasi awan cerah di atas lautan biru dengan siluet burung terbang

Ayat Mazmur 106:15 merupakan sebuah pengingat yang kuat tentang sifat manusia dan bagaimana keinginan yang tidak terkendali dapat berujung pada kehancuran, bahkan ketika keinginan tersebut tampaknya dipenuhi. Ayat ini mengungkapkan bahwa Allah, dalam kedaulatan-Nya, memberikan kepada umat-Nya apa yang mereka minta. Namun, hal ini tidak selalu berarti bahwa pemenuhan tersebut akan membawa kebahagiaan abadi atau kesejahteraan rohani. Sebaliknya, ada kalanya keinginan itu sendiri yang menjadi sumber masalah.

Ketika bangsa Israel berada di padang gurun, mereka seringkali mengeluh dan merindukan kemewahan Mesir. Mereka merindukan "ikan yang kami makan di Mesir, puaskan?" (Bilangan 11:5), dan sayuran serta buah-buahan yang mereka nikmati. Keinginan mereka bukan sekadar makanan, tetapi makanan yang mengingatkan mereka pada kehidupan yang lebih "nyaman" meskipun dalam perbudakan. Allah, dalam kesabaran-Nya, memberikan mereka kelimpahan daging, yaitu burung puyuh (Mazmur 105:40). Namun, seperti yang diungkapkan Mazmur 106:15, pemenuhan keinginan ini membawa konsekuensi yang tidak diinginkan.

Dampak Keinginan yang Tak Terkendali

Ayat ini menekankan dua hal penting: pemenuhan keinginan dan konsekuensi yang menyertainya. "Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka dambakan" menunjukkan kemurahan hati Allah dalam menanggapi permintaan umat-Nya. Namun, "tetapi mendatangkan penyakitku ke dalam jiwa mereka" adalah peringatan keras. Kata "penyakitku" di sini bisa diartikan sebagai penyakit yang berasal dari Allah, atau penyakit yang menyerang jiwa mereka karena keserakahan dan ketidakpuasan yang terus-menerus. Ini bukanlah penyakit fisik semata, melainkan ketidakpuasan batin, kekecewaan, dan kerohanian yang terganggu.

Ketika kita hanya fokus pada pemenuhan keinginan duniawi atau hawa nafsu, tanpa mempertimbangkan kehendak Allah atau dampaknya pada pertumbuhan rohani kita, kita membuka diri terhadap kehancuran jiwa. Keinginan yang tidak dibatasi dapat menjadi berhala, mengalihkan fokus kita dari Allah dan memenjarakan kita dalam siklus ketidakpuasan. Mazmur ini mengajarkan bahwa apa yang tampak diinginkan belum tentu baik bagi kita, dan pemenuhan sesaat bisa mengorbankan kedamaian dan kesehatan jiwa jangka panjang.

Mazmur 106:15 adalah pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam pemenuhan setiap keinginan sesaat, tetapi dalam kehidupan yang taat dan berserah kepada Allah. Keinginan kita harus diselaraskan dengan kehendak-Nya, agar apa yang kita dapatkan membawa berkat dan bukan kehancuran jiwa.

Pelajaran untuk Masa Kini

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh godaan material, ayat ini sangat relevan. Kita seringkali dibombardir dengan iklan dan budaya yang mendorong konsumerisme dan pemuasan instan. Kita diajari untuk menginginkan lebih banyak: lebih banyak harta, lebih banyak pujian, lebih banyak kenyamanan. Namun, Mazmur 106:15 mengingatkan kita bahwa fokus pada "apa yang kita dambakan" tanpa hikmat dapat membawa kita pada "penyakit jiwa".

Penting bagi kita untuk merenungkan apa yang sebenarnya kita dambakan. Apakah itu hal-hal yang membangun karakter kita, memperdalam iman kita, dan membawa kemuliaan bagi Allah? Atau apakah itu hanya kesenangan sementara yang pada akhirnya mengikis kedamaian batin kita? Dengan mendekatkan diri kepada Allah, mencari hikmat-Nya melalui Firman-Nya, dan berdoa agar keinginan kita selaras dengan kehendak-Nya, kita dapat menghindari jebakan pemenuhan keinginan yang berujung pada kesengsaraan jiwa. Biarlah Mazmur 106:15 menjadi mercusuar yang membimbing kita menuju kepuasan yang sejati dan kesehatan rohani yang abadi dalam dekapan kasih-Nya.