Mazmur 106:22 - Kasih Setia Tuhan

"Terkadang mereka berbuat seperti itu, menentang Engkau di Laut Merah,
dan melawan Dia di padang gurun."
Laut Merah Terbelah

Perenungan Kasih Setia Tuhan

Mazmur 106:22 mengingatkan kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Ayat ini merujuk pada pengalaman mereka di Laut Merah, di mana Tuhan dengan ajaib membelah lautan agar umat-Nya dapat melintas dengan selamat, terhindar dari kejaran pasukan Firaun. Namun, ayat ini juga dengan jujur mencatat bahwa tindakan penyelamatan luar biasa itu tidak serta merta mengubah hati mereka sepenuhnya. Frasa "terkadang mereka berbuat seperti itu, menentang Engkau" menunjukkan bahwa bahkan setelah menyaksikan kuasa Tuhan secara langsung, masih ada kecenderungan manusia untuk berbuat kesalahan, memberontak, atau meragukan.

Pengalaman di padang gurun setelah keluar dari Mesir juga menjadi saksi bisu akan sifat manusia yang rapuh. Di tengah kelimpahan makanan dan air yang disediakan Tuhan, umat Israel sering kali mengeluh, bersungut-sungut, dan bahkan mendirikan berhala. Ini adalah gambaran yang sangat realistis tentang bagaimana mudahnya kita melupakan kebaikan Tuhan ketika menghadapi kesulitan, atau bahkan ketika hidup berjalan baik. Kita cenderung bergantung pada kekuatan diri sendiri, pada pemahaman terbatas kita, daripada sepenuhnya mempercayai rancangan dan kuasa-Nya.

Namun, di balik catatan tentang kegagalan manusia tersebut, Mazmur 106 tetap menekankan sifat dasar Tuhan: kasih setia-Nya. Meskipun umat-Nya seringkali tidak setia, Tuhan tetap berpegang pada perjanjian-Nya. Dia tidak membiarkan mereka binasa dalam kesulitan mereka. Dia terus menunjukkan belas kasihan dan kesabaran. Ayat-ayat lain dalam Mazmur 106, yang berkaitan dengan ayat 22 ini, berulang kali menegaskan bahwa "kasih setia-Nya abadi." Inilah inti pesan yang ingin disampaikan: bahwa meskipun kita manusia penuh kekurangan, kasih dan kesetiaan Tuhan adalah sesuatu yang bisa kita andalkan.

Kisah di Laut Merah dan padang gurun bukan hanya catatan sejarah masa lalu. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita di masa kini. Seberapa sering kita, seperti bangsa Israel, menyaksikan campur tangan Tuhan dalam hidup kita, namun kemudian dengan cepat melupakan-Nya ketika ujian datang? Seberapa sering kita mengganti iman dengan keraguan, atau harapan dengan keputusasaan? Mazmur 106:22 mengajak kita untuk merenungkan kontras yang mencolok antara ketidaksetiaan manusia dan kesetiaan ilahi yang tak tergoyahkan.

Penting untuk diingat bahwa Tuhan melihat di balik pemberontakan kita. Dia mengerti kerapuhan kita. Kebaikan-Nya adalah alasan mengapa kita masih diberi kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Mazmur ini menguatkan kita untuk tidak menyerah pada keraguan diri atau rasa bersalah yang berlebihan, melainkan untuk bersandar pada kasih setia Tuhan yang selalu tersedia. Peristiwa di Laut Merah dan padang gurun seharusnya bukan menjadi sumber rasa malu, tetapi menjadi pengingat akan kuasa dan kebaikan Tuhan yang luar biasa, serta anugerah-Nya yang terus menerus kita terima, terlepas dari kesalahan-kesalahan kita.