Ayat Mazmur 108:12 ini adalah sebuah seruan hati yang mendalam, sebuah pengakuan akan kerapuhan diri manusia di hadapan tantangan hidup yang seringkali terasa berat dan tak teratasi. Dalam setiap fase kehidupan, kita pasti akan menghadapi masa-masa sulit, saat-saat di mana kekuatan dan kemampuan kita sendiri terasa tidak cukup. Entah itu dalam pergumulan pribadi, masalah keluarga, tantangan pekerjaan, atau bahkan krisis yang lebih besar, kesesakan bisa datang kapan saja dan menimpa siapa saja.
Di tengah situasi seperti itu, naluri pertama kita mungkin adalah mencari pertolongan dari sesama manusia. Kita mencari dukungan dari teman, keluarga, atau bahkan para ahli. Memang benar, relasi antarmanusia itu penting dan dukungan sosial bisa memberikan kekuatan serta kenyamanan. Namun, Mazmur ini mengingatkan kita pada sebuah kebenaran fundamental: pertolongan dari manusia, betapapun tulusnya, memiliki keterbatasan. Manusia pun adalah makhluk yang fana, terbatas, dan terkadang bisa mengecewakan. Keterbatasan mereka, baik dari segi kemampuan, waktu, maupun pemahaman, membuat mereka tidak selalu bisa menjadi solusi akhir bagi setiap permasalahan kita.
Ilustrasi: Keterbatasan manusia dan harapan yang abadi.
Oleh karena itu, Mazmur ini mengajak kita untuk mengalihkan pandangan dan sumber pertolongan kita. Sang pemazmur, dalam pengakuannya, tidak berhenti pada pernyataan tentang kesia-siaan pertolongan manusia, tetapi langsung merujuk kepada sumber pertolongan yang sejati dan tak terbatas: Tuhan. Di saat kesesakan melanda, saat dunia terasa gelap dan harapan menipis, kita dipanggil untuk berseru kepada Tuhan. Tuhan, pencipta langit dan bumi, Sang Mahakuasa, adalah sumber kekuatan yang tidak akan pernah habis dan pertolongan yang selalu tersedia.
Menyadari bahwa pertolongan manusia itu sia-sia bukan berarti kita menolak bantuan dari orang lain. Sebaliknya, ini adalah pengingat untuk tidak menempatkan harapan akhir kita pada mereka. Ketika kita bersandar pada Tuhan, kita dibebaskan dari beban ekspektasi yang berlebihan pada manusia. Kita bisa menerima bantuan mereka sebagai anugerah, tetapi iman kita tetap tertuju pada Sumber Kehidupan yang sesungguhnya. Inilah esensi dari Mazmur 108:12: di tengah kerapuhan eksistensi kita, ada satu jangkar yang kokoh, yaitu pertolongan ilahi yang selalu siap sedia bagi mereka yang berseru kepada-Nya. Memilih untuk berserah kepada Tuhan dalam setiap kesulitan adalah langkah iman yang akan membawa kedamaian dan kekuatan yang sejati.