Mazmur 109 adalah sebuah mazmur permohonan yang kuat, di mana pemazmur, Daud, berdoa kepada Tuhan untuk campur tangan terhadap musuh-musuhnya yang menindas dan berbuat jahat kepadanya. Ayat 11 dari mazmur ini, "Biarlah harta bendanya disita oleh orang lain, dan hasil jerih payahnya menjadi rampasan orang asing," merupakan bagian dari doa permohonan yang spesifik agar keadilan ditegakkan oleh Tuhan. Ayat ini mencerminkan kerinduan mendalam akan pemulihan dan ketidakadilan yang dirasakan.
Dalam konteks sejarah dan budaya pada masa itu, harta benda dan hasil jerih payah adalah simbol dari mata pencaharian, kerja keras, dan keamanan seseorang. Ketika hal-hal ini dirampas, itu berarti bukan hanya kerugian materi, tetapi juga kehancuran mata pencaharian, penderitaan bagi keluarga, dan hilangnya martabat. Permohonan agar harta benda disita oleh orang lain dan hasil jerih payah menjadi rampasan orang asing bukanlah sebuah keinginan untuk mendapatkan kekayaan secara harfiah, melainkan sebuah doa agar orang-orang yang berbuat jahat kepada pemazmur merasakan konsekuensi dari perbuatan mereka. Ini adalah seruan agar ketidakadilan tidak dibiarkan berlalu begitu saja, melainkan ada akibat yang setimpal.
Doa semacam ini seringkali muncul ketika seseorang merasa tidak berdaya di hadapan penindasan yang terus-menerus. Pemazmur tidak memiliki kekuatan untuk menghukum para musuhnya sendiri, sehingga ia menyerahkannya kepada penghakiman Tuhan yang Maha Adil. Tuhan dipandang sebagai pelindung bagi orang yang tertindas dan sebagai pembalas bagi mereka yang melakukan kejahatan. Permohonan ini mencerminkan kepercayaan bahwa Tuhan melihat penderitaan umat-Nya dan akan bertindak sesuai dengan kebenaran-Nya.
Dalam pemahaman teologis yang lebih luas, ayat ini dapat diinterpretasikan sebagai pengingat bahwa perbuatan jahat memiliki konsekuensi. Keadilan ilahi akan datang, meskipun mungkin tidak selalu dalam bentuk yang kita bayangkan. Bagi orang yang beriman, ayat ini juga bisa menjadi sumber penghiburan saat menghadapi kesulitan. Ini mengingatkan bahwa meskipun dunia penuh dengan ketidakadilan, ada Tuhan yang berdaulat yang mengawasi segalanya dan akan membawa keadilan pada waktunya. Kita diajak untuk tetap setia dan percaya, menyerahkan segala perkara kepada Tuhan, bukan untuk membalas dendam pribadi, tetapi untuk keutuhan keadilan-Nya.
Di era modern, permohonan seperti Mazmur 109:11 tetap relevan. Dalam dunia yang seringkali terasa tidak adil, kita mungkin menyaksikan orang-orang yang berbuat jahat tampaknya makmur, sementara mereka yang jujur dan bekerja keras menderita. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak putus asa, tetapi untuk terus berdoa dan percaya pada keadilan Tuhan. Ini juga mendorong kita untuk hidup dengan integritas, karena pada akhirnya, Tuhan adalah Hakim yang adil.