Mazmur 115:18

"Kami orang-orang mati tidak akan memuji TUHAN, tetapi kami, yang turun ke tempat orang mati, akan memuliakan TUHAN. Haleluya!"

Simbol Matahari Terbit

Ayat Mazmur 115:18 ini membawa kita pada sebuah pengakuan yang mendalam tentang hakikat hidup dan kematian, serta tujuan tertinggi dari keberadaan manusia: untuk memuliakan Tuhan. Di tengah berbagai pemikiran filosofis dan religius mengenai kehidupan setelah kematian, pemazmur memberikan perspektif yang jelas dan tegas.

Pernyataan "Kami orang-orang mati tidak akan memuji TUHAN" bukanlah ungkapan keputusasaan, melainkan penegasan akan keterbatasan alam kematian dalam hal ibadah dan pujian yang aktif. Di alam kematian, aktivitas fisik dan kesadaran yang memungkinkan adanya respons aktif kepada Tuhan tidak lagi ada. Keadaan mati adalah sebuah kehampaan dari kemampuan untuk bersuara, bernyanyi, atau bahkan berpikir dalam cara yang kita kenal di dunia ini. Ini mengingatkan kita bahwa kesempatan untuk bersekutu dan memuliakan Tuhan sangatlah berharga saat kita masih hidup.

Namun, ayat ini tidak berhenti pada kesadaran akan keterbatasan. Ia melanjutkan dengan sebuah kontras yang penuh harapan: "tetapi kami, yang turun ke tempat orang mati, akan memuliakan TUHAN." Frasa "turun ke tempat orang mati" bisa diartikan sebagai perjalanan menuju akhir kehidupan, atau bagi sebagian interpretasi teologis, merujuk pada pemahaman mengenai alam orang mati. Terlepas dari nuansa interpretatifnya, inti pesannya adalah bahwa mereka yang masih hidup, yang belum sepenuhnya berada dalam keadaan mati yang abadi, memiliki tanggung jawab dan kemampuan untuk terus memuliakan Tuhan.

Ini adalah sebuah panggilan untuk refleksi. Berapa sering kita menggunakan hidup yang dianugerahkan ini untuk hal-hal yang tidak berujung pada kemuliaan Tuhan? Ayat ini mendorong kita untuk menyadari bahwa setiap helaan napas adalah kesempatan untuk memberikan pujian. Pujian ini bukan hanya dalam bentuk nyanyian atau ibadah formal, tetapi juga dalam setiap tindakan, ucapan, dan cara kita menjalani hidup, yang mencerminkan kebesaran dan kebaikan Tuhan.

Kata "Haleluya!" di akhir ayat tersebut, yang berarti "Pujilah TUHAN!", menjadi puncak ekspresi dari ayat ini. Ini adalah seruan sukacita dan penegasan iman bahwa, meskipun ada keterbatasan, selama masih ada kehidupan, ada alasan untuk terus bersukacita dan memuliakan Sang Pencipta. Ini adalah pengingat yang kuat untuk menghargai anugerah kehidupan, karena di dalamnya terletak kesempatan unik untuk memberikan kesaksian tentang Tuhan. Dalam kesederhanaannya, Mazmur 115:18 mengajarkan kita untuk hidup dengan tujuan yang lebih besar, yaitu menjadikan seluruh hidup kita sebagai persembahan pujian yang kekal.