Kekuatan dan Kepercayaan yang Sejati
Ayat Mazmur 115:6 ini adalah sebuah pernyataan tegas tentang perbedaan mendasar antara ciptaan manusia yang dijadikan sebagai sembahan dan Sang Pencipta yang Mahakuasa. Dalam konteks perikopnya, pemazmur sedang membandingkan berhala-berhala yang disembah oleh bangsa-bangsa lain, yang terbuat dari emas dan perak, dengan Tuhan yang adalah Allah yang hidup dan berdaulat.
Ayat ini secara gamblang menyatakan ketidakberdayaan berhala. "Ia tidak dapat melihat atau mendengar." Ini bukan sekadar deskripsi fisik, melainkan sebuah metafora yang mendalam. Berhala, sehebat apapun pembuatannya, tidak memiliki kesadaran, tidak dapat memahami, tidak dapat merespons, dan tidak dapat bertindak. Mereka adalah objek mati, tidak memiliki kemampuan ilahi sedikitpun. Sebaliknya, Tuhan kita adalah pribadi yang hidup. Dia melihat segala sesuatu, Dia mendengar setiap doa, dan Dia bertindak dalam waktu dan kehendak-Nya yang sempurna.
Menyadari kelemahan berhala mendorong pemazmur untuk menegaskan di mana seharusnya kepercayaan kita ditempatkan. "Lalu apa gunanya berhala yang kau buat itu?" Pertanyaan retoris ini mengajak kita untuk merenungkan kesia-siaan menyembah sesuatu yang tidak memiliki kekuatan. Kepercayaan yang diberikan kepada berhala adalah kepercayaan yang tertuju pada sesuatu yang bisu dan buta, sesuatu yang tidak dapat memberikan pertolongan, perlindungan, atau bimbingan.
Pelajaran dari Mazmur 115:6
Pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat ini sangat relevan hingga kini. Di era modern, bentuk-bentuk "berhala" mungkin tidak selalu berupa patung fisik. Berhala bisa berupa ambisi pribadi yang berlebihan, kekayaan materi, kekuasaan, popularitas, atau bahkan ideologi yang dipuja melebihi nilai-nilai ilahi. Semua hal ini, jika menjadi fokus utama dan sumber kepercayaan kita, pada akhirnya akan mengecewakan karena mereka adalah ciptaan yang terbatas, bukan Sang Pencipta yang tak terbatas.
Tuhan adalah sumber kekuatan sejati. Dia adalah Allah yang hidup, yang selalu hadir, yang penuh kasih, dan yang berdaulat atas segala sesuatu. Ketika kita menempatkan iman kita kepada-Nya, kita menempatkannya pada fondasi yang kokoh, pada Sumber kehidupan yang tidak pernah kering. Dia melihat perjuangan kita, mendengar tangisan kita, dan mampu memberikan solusi serta tuntunan yang kita butuhkan.
Memahami bahwa Tuhan itu hidup dan berkuasa, sementara ciptaan buatan manusia tidak memiliki kemampuan apa-apa, seharusnya mengarahkan hati dan pikiran kita untuk senantiasa bersandar kepada-Nya. Mazmur 115:6 bukan hanya pengingat tentang kebodohan menyembah berhala, tetapi juga sebuah undangan untuk memperdalam kepercayaan kita kepada Tuhan yang adalah Allah yang benar, yang melihat, mendengar, dan bertindak bagi umat-Nya. Marilah kita memfokuskan hidup kita pada-Nya, sumber segala kebaikan dan kekuatan.