Mazmur 119:120

"Tubuhku merinding karena takut kepada-Mu, dan aku gentar terhadap penghakiman-Mu."
Keagungan dan Ketaatan

Ilustrasi visual tentang ketergantungan dan hikmat ilahi.

Mazmur 119:120 merupakan sebuah ungkapan hati yang mendalam dari seorang pemazmur yang menyadari kebesaran dan kekudusan Tuhan. Ayat ini berbicara tentang rasa gentar dan merinding yang timbul bukan karena ketakutan yang melumpuhkan, melainkan karena kekaguman dan penghormatan terhadap kuasa serta keadilan Tuhan. "Tubuhku merinding karena takut kepada-Mu," tulis sang pemazmur, menggambarkan sebuah respons fisik yang menandakan betapa seriusnya ia memperlakukan hubungan dengan Sang Pencipta.

Rasa takut yang dimaksud di sini bukanlah fobia, melainkan "taqwa" atau rasa hormat yang luar biasa. Ini adalah kesadaran akan ketidaksempurnaan diri di hadapan Tuhan yang Maha Sempurna. Ketika kita merenungkan keagungan-Nya, kesucian-Nya, dan keadilan-Nya yang mutlak, adalah wajar jika muncul rasa takjub yang membuat kita merasa kecil. Rasa merinding ini adalah indikasi bahwa hati sang pemazmur sangat terpengaruh oleh kehadiran ilahi dan bobot firman Tuhan.

Lebih lanjut, pemazmur menambahkan, "dan aku gentar terhadap penghakiman-Mu." Ini menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab moral dan konsekuensi dari setiap tindakan. Penghakiman Tuhan bukanlah ancaman yang kejam, melainkan manifestasi dari keadilan-Nya yang sempurna. Dengan gentar terhadap penghakiman-Nya, sang pemazmur mengakui bahwa setiap perbuatannya akan dipertanggungjawabkan. Hal ini mendorongnya untuk hidup dalam ketaatan dan menjaga hatinya agar tidak menyimpang dari jalan Tuhan.

Dalam konteks Mazmur 119 secara keseluruhan, ayat 120 ini berada di tengah-tengah perenungan panjang tentang Taurat atau hukum Tuhan. Sang pemazmur sedang mencari hikmat dan arahan agar dapat hidup berkenan kepada Tuhan. Rasa takut dan gentar yang ia rasakan justru menjadi motivasi untuk semakin mendalami firman Tuhan. Ia tidak lari dari rasa takut tersebut, melainkan menggunakannya sebagai pengingat untuk tetap berjalan di jalan kebenaran. Hikmat sejati tidak datang dari keberanian yang tanpa perhitungan, melainkan dari kesadaran akan kebesaran Tuhan dan ketakutan yang saleh.

Bagi kita di zaman sekarang, Mazmur 119:120 mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kasih dan kekudusan Tuhan. Kita dipanggil untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, tetapi juga untuk menghormati dan takut akan Dia. Rasa gentar terhadap penghakiman-Nya seharusnya tidak membebani kita dengan rasa bersalah yang berlebihan, melainkan memotivasi kita untuk senantiasa mencari pengampunan dan bimbingan-Nya. Dengan demikian, kita dapat berjalan dalam sukacita dan damai sejahtera, mengetahui bahwa Tuhan adalah pelindung dan hakim yang adil bagi umat-Nya.