Mazmur 119, pasal terpanjang dalam kitab para pemazmur, adalah sebuah ode yang mendalam terhadap hukum Allah. Ayat 122 dari pasal ini memuat sebuah permohonan yang sungguh menyentuh hati, di mana Daud berseru kepada Tuhan agar menjadi "pegangan" bagi dirinya, seorang hamba yang takut akan-Nya. Kata "pegangan" di sini mengindikasikan sebuah kekuatan penopang, jaminan, dan perlindungan. Ini bukan sekadar permintaan tanpa dasar, melainkan sebuah klaim berdasarkan janji ilahi yang telah diberikan kepada mereka yang menempatkan Tuhan dalam ketakutan yang hormat.
Perkataan "jadilah pegangan bagi hamba-Mu" menunjukkan kerentanan dan ketergantungan total seorang individu kepada penciptanya. Hamba, dalam konteks Alkitab, adalah seseorang yang mengabdikan diri, yang menundukkan kehendaknya kepada tuan. Dalam hal ini, Daud mengakui posisinya sebagai hamba Tuhan dan memohon agar Tuhan bertindak sebagai penopang yang setia. Ketika hidup terasa berat, ketika tantangan datang bertubi-tubi, atau ketika keraguan mulai menyelimuti, permohonan ini menjadi jangkar iman, mengingatkan kita bahwa kita tidak sendirian dalam perjuangan kita.
Penting untuk dicatat frasa "seperti yang Engkau janjikan kepada mereka yang takut akan Engkau." Ini adalah inti dari permohonan ini. Daud tidak meminta sesuatu yang tidak sesuai dengan karakter dan firman Allah. Dia bersandar pada janji-janji Tuhan. Ketakutan akan Tuhan bukanlah rasa takut yang melumpuhkan, melainkan pengakuan akan kekudusan, kebesaran, dan otoritas-Nya, yang mendorong ketaatan dan penyerahan diri. Janji ini terbentang luas dalam kitab suci, menawarkan keselamatan, bimbingan, dan pemeliharaan bagi mereka yang memilih untuk hidup dalam kesetiaan kepada-Nya. Ayat ini menegaskan bahwa iman kepada Tuhan bukan hanya tentang memohon, tetapi juga tentang mempercayai janji-janji-Nya dan menjalani hidup yang menghormati-Nya.
Dalam menghadapi kompleksitas hidup modern, ayat Mazmur 119:122 tetap relevan. Seringkali, kita merasa tersesat atau kehilangan arah. Nilai-nilai duniawi dapat terlihat lebih menarik dan meyakinkan. Namun, ayat ini mengingatkan kita untuk mencari pegangan yang sejati, yang tidak akan pernah goyah. Pegangan yang diberikan oleh Tuhan adalah kekuatan yang tak tergoyahkan, yang dapat menopang kita melalui badai kehidupan. Ini adalah sumber keberanian untuk menghadapi ketidakpastian, sumber penghiburan di kala duka, dan sumber hikmat untuk membuat keputusan yang benar. Dengan menjadikan Tuhan sebagai pegangan kita, kita mengundang kehadiran-Nya yang selalu menyertai, memberikan kejelasan di tengah kekacauan dan kedamaian di tengah gejolak.
Lebih dari sekadar permohonan pribadi, ayat ini juga memiliki implikasi komunal. Janji Tuhan berlaku bagi "mereka yang takut akan Engkau," menyiratkan sebuah komunitas orang percaya yang bersama-sama menaruh iman mereka pada Tuhan. Bersama-sama, mereka dapat saling menguatkan, saling menopang, dan menjadi saksi bagi kebenaran janji-janji Tuhan. Kehidupan yang takut akan Tuhan bukanlah kehidupan yang terisolasi, melainkan kehidupan yang terhubung dengan Sumber kehidupan itu sendiri, dan melalui-Nya, terhubung dengan sesama.
Oleh karena itu, mari kita renungkan Mazmur 119:122. Marilah kita berseru kepada Tuhan, memohon agar Ia menjadi pegangan hidup kita, berdasarkan janji-janji-Nya yang mulia. Biarlah ketakutan yang hormat kepada-Nya menjadi kompas moral kita, menuntun langkah kita menuju jalan kebenaran dan keadilan yang abadi. Di tengah dunia yang terus berubah, janji Tuhan tetap teguh, menawarkan pegangan yang tak tergoyahkan bagi setiap hamba yang berseru kepada-Nya.