Mazmur 119:150

"Orang-orang yang mengejar kejahatan mendekat; mereka jauh dari hukum-Mu."

Ayat ini, Mazmur 119:150, membawa kita pada perenungan mendalam tentang dua jalan kehidupan yang kontras: jalan kejahatan dan jalan hukum Tuhan. Dalam kesederhanaannya, ayat ini menyajikan sebuah kebenaran fundamental yang terus bergema sepanjang zaman. Ia mengingatkan kita bahwa pilihan kita memiliki konsekuensi yang nyata, membentuk lingkungan spiritual dan moral kita.

Orang-orang yang "mengejar kejahatan" digambarkan sebagai mereka yang secara aktif mencari, memburu, dan menjadikan kejahatan sebagai tujuan mereka. Ini bukan sekadar ketidaksengajaan atau kesalahan sesaat, melainkan sebuah orientasi hidup. Mereka memprioritaskan kesenangan duniawi, keuntungan pribadi yang tidak etis, atau bahkan kesenangan dalam merugikan orang lain. Kehidupan mereka dipenuhi dengan keinginan yang melenceng dari kebenaran ilahi.

Dampak Mendekatnya Kejahatan

Ketika seseorang atau sekelompok orang mengejar kejahatan, ayat ini menyatakan bahwa mereka "mendekat". Mendekat kepada apa? Tentu saja, mereka mendekat pada kehancuran, pada konsekuensi negatif dari tindakan mereka, dan pada perpisahan yang semakin lebar dari sumber kebaikan sejati. Kejahatan, seperti magnet yang kuat, menarik mereka ke dalam pusaran kegelapan. Lingkaran pertemanan mereka cenderung dipenuhi oleh orang-orang dengan pola pikir serupa, menciptakan sebuah ekosistem yang memelihara dan memperkuat perilaku yang menyimpang.

Lebih jauh lagi, mendekatnya kejahatan juga berarti mendekatnya godaan-godaan baru yang semakin sulit ditolak. Semakin seseorang terbiasa dengan perbuatan dosa, semakin tumpul hati nuraninya, dan semakin mudah ia terjerumus ke dalam dosa yang lebih besar. Ini adalah spiral turun yang seringkali dimulai dari langkah-langkah kecil yang tampaknya tidak berbahaya.

Keterpisahan dari Hukum Tuhan

Kontrasnya sangat jelas: "mereka jauh dari hukum-Mu." Hukum Tuhan, dalam konteks mazmur ini, bukanlah sekadar serangkaian aturan kaku. Ia adalah jalan kehidupan yang dikehendaki oleh Sang Pencipta, yang dirancang untuk membawa kebaikan, keadilan, dan kedamaian. Hukum Tuhan adalah tuntunan ilahi yang menerangi jalan kita, menjaga kita dari jurang kehancuran.

Ketika seseorang memilih untuk mengejar kejahatan, ia secara sadar atau tidak sadar menjauhkan dirinya dari sumber cahaya ini. Ketaatan pada hukum Tuhan menuntut kerendahan hati, ketaatan, dan keinginan untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Sebaliknya, pengejaran kejahatan dibangun di atas egoisme, pemberontakan, dan penolakan terhadap otoritas ilahi. Semakin jauh seseorang dari hukum Tuhan, semakin besar kebutaan rohaninya, semakin lemah pemahamannya tentang apa yang benar dan baik, dan semakin rapuh fondasi moralnya.

Mazmur 119:150 mengajarkan kita untuk waspada. Ia mengundang kita untuk menguji arah hidup kita. Apakah kita sedang "mengejar" sesuatu yang menjauhkan kita dari terang kebenaran-Nya? Atau apakah kita menjadikan hukum Tuhan sebagai kompas yang membimbing setiap langkah kita, memastikan bahwa kita selalu bergerak mendekat kepada-Nya dan menjauhi kegelapan yang menyesatkan?

Hukum-Mu Cahaya

Simbol matahari keemasan sebagai panduan ilahi, dikelilingi oleh sinar yang cerah, melambangkan kebenaran dan kehidupan.