Mazmur 119 adalah salah satu kitab terpanjang dalam Alkitab, sebuah pujian yang mendalam terhadap Taurat atau hukum Allah. Ayat 151, yang berbunyi "Engkau, TUHAN, dekat pada segala orang yang berseru kepada-Mu, pada segala orang yang berseru kepada-Mu dengan tulus ikhlas," adalah permata yang menawarkan penghiburan dan kepastian bagi setiap orang percaya. Ayat ini menekankan dua aspek penting: kedekatan Tuhan dan syarat untuk mengalami kedekatan itu.
Kedekatan Tuhan yang Tak Tergoyahkan
Inti dari Mazmur 119:151 adalah pernyataan bahwa Tuhan tidak jauh. Sebaliknya, Dia "dekat". Kedekatan ini bukanlah sesuatu yang bergantung pada lokasi fisik atau kondisi manusia yang sempurna. Tuhan secara inheren dekat dengan mereka yang mencari-Nya. Konsep "dekat" dalam konteks ilahi menyiratkan kehadiran yang aktif, perhatian yang penuh kasih, dan kesediaan untuk menjawab. Ini adalah janji yang luar biasa di tengah dunia yang seringkali terasa dingin dan jauh. Dalam setiap pergumulan, kesedihan, atau sukacita, kita dapat mengetahui bahwa Tuhan hadir, mendengarkan, dan peduli.
Bayangkan seorang anak kecil yang kehilangan orang tuanya di keramaian. Rasa takut dan sendirian bisa sangat luar biasa. Namun, jika orang tua itu selalu berada di dekatnya, siap sedia untuk digapai, kepanikan itu akan mereda. Demikian pula, ketika kita menyadari bahwa Tuhan selalu dekat, ketakutan kita berkurang, dan hati kita dipenuhi kedamaian. Kedekatan-Nya adalah jangkar yang kokoh bagi jiwa kita di tengah badai kehidupan.
Tulus Ikhlas: Kunci Menemukan Kehadiran-Nya
Namun, kedekatan ini tidak datang tanpa syarat. Mazmur ini secara spesifik menyebutkan "segala orang yang berseru kepada-Mu dengan tulus ikhlas." Kata "tulus ikhlas" (bahasa Ibrani: *lebabav* atau *lomrim* - hati yang jujur, tulus) menekankan pentingnya kemurnian motivasi dan kejujuran dalam hati. Berseru kepada Tuhan bukan sekadar mengucapkan kata-kata kosong atau meminta sesuatu tanpa makna. Ini adalah tindakan jiwa yang mencari hubungan, yang mengakui ketergantungan, dan yang memohon dengan kerendahan hati dan integritas.
Ketulusan berarti kita mendekati Tuhan apa adanya kita, tanpa kepura-puraan atau topeng. Kita datang dengan segala kelemahan, dosa, dan kerinduan kita, percaya bahwa Dia menerima kita. Tuhan melihat ke dalam hati. Dia tidak tertipu oleh penampilan luar. Oleh karena itu, kesiapan untuk berseru kepada-Nya dengan hati yang terbuka dan jujur adalah kunci untuk mengalami kedekatan-Nya yang sesungguhnya. Ini adalah undangan untuk membangun hubungan pribadi yang mendalam dengan Sang Pencipta, yang selalu siap mendengarkan setiap bisikan doa dari hati yang tulus.
Ketika kita merenungkan Mazmur 119:151, kita diingatkan bahwa dalam kesibukan dunia, dalam tantangan sehari-hari, ada kehadiran ilahi yang tak tergoyahkan yang siap menyambut kita. Dengan hati yang tulus ikhlas, mari kita terus berseru kepada-Nya, mengetahui bahwa Dia selalu dekat, mendengarkan, dan memberikan kekuatan serta penghiburan yang kita butuhkan. Kehadiran-Nya adalah sumber ketenangan sejati.