Firman Tuhan dalam Mazmur 119:21 menyajikan sebuah kebenaran fundamental yang relevan bagi setiap zaman dan setiap individu: "Orang-orang sombong dikutuk, mereka yang menyimpang dari hukum-Mu." Ayat ini, meskipun ringkas, sarat dengan makna mendalam mengenai dua jalan kontras yang dapat diambil oleh manusia – jalan kesombongan yang mengarah pada kehancuran, dan jalan ketaatan pada hukum Tuhan yang menjanjikan kehidupan.
Kesombongan, sebagaimana digambarkan dalam Mazmur 119:21, adalah penyakit jiwa yang sangat berbahaya. Ia adalah akar dari banyak dosa dan kejahatan. Orang yang sombong cenderung merasa dirinya lebih baik dari orang lain, meremehkan nasihat, dan menolak otoritas. Mereka menganggap diri mereka sebagai pusat alam semesta, dan seringkali mengabaikan atau bahkan menentang kebenaran ilahi. Kesombongan ini bukan sekadar keangkuhan semata, tetapi sebuah penolakan mendasar terhadap ketergantungan kita pada Tuhan dan keharusan untuk hidup sesuai dengan firman-Nya. Ketika seseorang berani menyimpang dari hukum Tuhan, ia sesungguhnya sedang membangun fondasi kehancurannya sendiri.
Hukum Tuhan, dalam konteks ini, merujuk pada ajaran, prinsip, dan perintah yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membimbing umat manusia menuju kehidupan yang benar dan bermakna. Hukum ini bukanlah beban yang memberatkan, melainkan sebuah peta jalan yang dirancang untuk melindungi kita dari jurang kehancuran. Ketika kita memilih untuk mengikuti hukum Tuhan, kita membuka diri terhadap hikmat, keadilan, dan kasih-Nya. Kita belajar untuk hidup dengan integritas, menghormati sesama, dan menempatkan Tuhan pada tempat yang semestinya dalam hidup kita.
Sebaliknya, mereka yang "menyimpang dari hukum-Mu" seperti yang disebutkan dalam Mazmur 119:21, memilih jalan yang bertentangan. Mereka mungkin tergoda oleh keinginan duniawi, ilusi kebebasan tanpa batas, atau janji-janji kosong dari sistem yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Penyimpangan ini bisa terjadi secara bertahap, dimulai dari kompromi kecil hingga akhirnya berpisah jauh dari jalan kebenaran. Konsekuensinya, seperti yang ditegaskan oleh pemazmur, adalah kutukan. Kutukan di sini bukan hanya berarti hukuman eksternal, tetapi juga kehancuran internal – kehilangan kedamaian, rasa bersalah, dan keterpisahan dari sumber kehidupan sejati.
Memahami pesan Mazmur 119:21 mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati dan ketaatan. Kita perlu secara terus-menerus memeriksa hati kita, memastikan bahwa kita tidak jatuh dalam perangkap kesombongan. Ketaatan pada hukum Tuhan bukan berarti kepatuhan buta, melainkan sebuah respons cinta dan kepercayaan terhadap Sang Pencipta yang paling mengenal apa yang terbaik bagi kita. Dengan merenungkan ayat ini, kita diundang untuk mengarahkan langkah kita kembali ke jalan kebenaran, menjauhi kesombongan yang menyesatkan, dan menemukan berkat serta kehidupan yang sejati dalam ketaatan pada firman-Nya. Ini adalah panggilan untuk hidup dengan hikmat ilahi, bukan dengan pemikiran yang dangkal dan egois.