Engkau baik dan berbuat baik, ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
Firman Tuhan yang terangkum dalam Mazmur 119:68 adalah pengakuan yang mendalam tentang kebaikan mutlak Allah. Ayat ini bukan sekadar sebuah doa, melainkan sebuah pernyataan iman yang mengakui bahwa Tuhan itu sendiri adalah sumber kebaikan. Kebaikan-Nya tidak terbatas, melainkan aktif, senantiasa berfirman dan bertindak untuk kebaikan ciptaan-Nya. Ketika pemazmur mengucapkan "Engkau baik dan berbuat baik," ia sedang merenungkan sifat dasar Allah yang penuh kasih dan kemurahan, yang manifestasinya terlihat dalam segala hal yang Ia lakukan. Ini adalah pengingat yang sangat kuat bagi kita di tengah dunia yang seringkali terasa keras dan penuh ketidakpastian. Bahwa di balik segala peristiwa, ada Tuhan yang baik, yang merancangkan kebaikan bagi kita.
Dalam konteks ayat ini, "berbuat baik" dapat diartikan sebagai tindakan aktif Tuhan yang memelihara, membimbing, dan memberikan anugerah kepada umat manusia. Kebaikan-Nya termanifestasi dalam penciptaan alam semesta yang indah, dalam penyediaan segala kebutuhan kita, dan yang terpenting, dalam kasih penebusan melalui Yesus Kristus. Pengakuan ini menjadi dasar mengapa pemazmur kemudian memohon, "ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku." Permohonan ini menunjukkan kesadaran bahwa untuk dapat benar-benar menghayati dan mencerminkan kebaikan Tuhan, kita memerlukan bimbingan ilahi. Ketetapan-ketetapan Tuhan, yang tersurat dalam firman-Nya, adalah peta jalan menuju kehidupan yang berkenan di hadapan-Nya dan yang membawa kebaikan sejati.
Mengapa penting untuk diajar ketetapan Tuhan? Karena pemahaman kita tentang kebaikan bisa jadi terbatas dan seringkali bersifat egois. Kita mungkin menganggap baik apa yang menguntungkan diri sendiri, atau apa yang membuat kita merasa nyaman. Namun, ketetapan Tuhan menawarkan perspektif yang lebih luas dan lebih murni tentang apa itu kebaikan. Melalui firman-Nya, kita belajar tentang keadilan, belas kasihan, kesetiaan, dan kasih yang sejati. Kita belajar bagaimana mengasihi sesama, bagaimana hidup jujur, dan bagaimana memberikan diri untuk kemuliaan Tuhan. Ketetapan-ketetapan ini bukan beban, melainkan anugerah yang membebaskan kita dari cara pandang yang sempit dan membawa kita pada pemenuhan diri yang sesungguhnya.
Menerima ajaran dari Tuhan berarti membuka hati dan pikiran untuk menerima kebenaran-Nya, bahkan ketika kebenaran itu menantang pemahaman kita yang ada. Ini adalah proses yang berkelanjutan, sebuah perjalanan rohani di mana setiap langkah dipandu oleh firman Tuhan. Dengan demikian, kita dapat semakin meniru sifat baik Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kebaikan Tuhan yang tak terhingga adalah undangan bagi kita untuk hidup dalam terang-Nya, untuk mengasihi sebagaimana Ia mengasihi, dan untuk berbuat baik sebagaimana Ia berbuat baik. Mazmur 119:68 mengingatkan kita bahwa pengenalan akan kebaikan Tuhan haruslah menginspirasi kita untuk meminta hikmat-Nya agar dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya, sehingga kita pun dapat menjadi saluran berkat bagi dunia di sekitar kita.