Ayat Yeremia 36:14 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam pelayanan nabi Yeremia. Di tengah gejolak politik dan keruntuhan moral bangsa Yehuda, TUHAN memerintahkan Yeremia untuk menuliskan segala perkataan-Nya ke dalam sebuah gulungan kitab. Perintah ini bukanlah sekadar catatan biasa, melainkan sebuah mandat ilahi untuk menyampaikan peringatan dan nubuat yang menyeluruh kepada umat-Nya. Ayat yang menjadi fokus kita hari ini, Yeremia 36:14, merekam bagaimana perintah itu dilaksanakan. Para raja, yang berarti para pejabat tinggi atau utusan raja, diperintahkan untuk mengambil Barukh bin Neria, juru tulis setia Yeremia. Barukh kemudian diperintahkan untuk menuliskan di gulungan kitab, di hadapan para saksi yang ditunjuk, seluruh firman yang TUHAN telah firmankan kepada Yeremia.
Momen ini sangatlah penting karena menunjukkan kolaborasi antara nabi, juru tulis, dan otoritas yang ada, meskipun niat otoritas tersebut belum tentu sepenuhnya positif. Yang terpenting adalah Firman Tuhan itu sendiri yang menjadi pusat perhatian. Barukh tidak hanya menuliskan firman itu, tetapi ia menuliskannya "di hadapan mereka". Hal ini menekankan pentingnya kesaksian dan transparansi dalam penyampaian pesan ilahi. Tidak ada ruang untuk perubahan atau manipulasi. Firman Tuhan harus disampaikan apa adanya, tanpa ditambah atau dikurangi. Ini adalah cerminan dari karakter Firman Tuhan yang murni, kudus, dan tidak dapat diubah.
Konteks sejarah pada masa itu sangatlah suram. Bangsa Yehuda sedang berada di ambang kehancuran akibat dosa dan ketidaktaatan mereka kepada Tuhan. Yeremia telah lama berseru-seru, memperingatkan mereka akan hukuman yang akan datang jika mereka tidak bertobat. Namun, banyak yang mengabaikan perkataan nabi. Perintah untuk menuliskan perkataan Tuhan di dalam gulungan kitab dan membacakannya di depan umum adalah langkah terakhir yang diberikan Tuhan sebelum murka-Nya benar-benar dilimpahkan. Gulungan kitab ini menjadi semacam "dokumen resmi" yang mencatat dosa-dosa mereka dan konsekuensi yang tak terhindarkan.
Pesan yang terkandung dalam ayat ini sangat relevan bagi kita hari ini. Pertama, ia mengingatkan kita akan keagungan dan kekekalan Firman Tuhan. Meskipun zaman berubah, dan berbagai tantangan muncul, Firman Tuhan tetap teguh dan tidak berubah. Sebagaimana Barukh mencatat setiap perkataan yang difirmankan Tuhan kepada Yeremia, kita dipanggil untuk mempelajari, menghayati, dan meneruskan Firman Tuhan kepada generasi berikutnya.
Kedua, ayat ini menekankan pentingnya ketaatan. Barukh menaati perintah para raja, yang pada gilirannya adalah perintah Tuhan yang disampaikan melalui Yeremia. Ketaatan ini adalah wujud iman. Begitu pula kita, dipanggil untuk taat kepada Tuhan, bahkan ketika perintah-Nya tampaknya sulit atau tidak populer.
Terakhir, peristiwa ini menunjukkan bahwa pesan Tuhan, sekalipun berat dan membawa peringatan, adalah pesan kebenaran yang harus disampaikan. Penolakan terhadap pesan ini akan membawa konsekuensi serius. Namun, pesan Tuhan juga mengandung harapan bagi mereka yang mau mendengarkan dan bertobat. Yeremia 36:14 bukan hanya tentang hukuman, tetapi juga tentang kesetiaan Tuhan yang terus memberikan kesempatan bagi umat-Nya untuk berbalik. Firman yang tertulis dalam gulungan itu, pada akhirnya, adalah wujud kasih Tuhan yang tak pernah padam, memberikan kesempatan untuk memahami kehendak-Nya sebelum terlambat.