Mazmur 64:3

"Mereka mengasah lidah mereka seperti pedang, memanah perkataan kasar sebagai anak panah yang pahit."
tajam pahit tersembunyi

Ayat Mazmur 64:3 menyajikan gambaran yang kuat dan menggugah tentang bagaimana ucapan yang menyakitkan dapat dilancarkan oleh orang-orang yang berniat jahat. Penyair Mazmur, Daud, menggambarkan perkataan kasar sebagai dua senjata mematikan: lidah yang diasah seperti pedang dan perkataan yang dilontarkan bagai anak panah pahit. Ini bukan sekadar metafora puitis, melainkan sebuah peringatan mendalam tentang kekuatan destruktif dari lidah yang tidak terkendali dan niat jahat yang tersembunyi di baliknya.

Metafora "mengasah lidah mereka seperti pedang" menunjukkan adanya persiapan dan kesengajaan dalam melontarkan kata-kata tajam. Pedang diasah untuk memotong, melukai, dan menghancurkan. Demikian pula, lidah yang diasah berarti perkataan yang disiapkan dengan cermat untuk menimbulkan luka emosional, merusak reputasi, atau menghancurkan semangat seseorang. Niat untuk menyakiti begitu kuat sehingga mereka memperlakukan perkataan mereka sebagai senjata yang mematikan, siap untuk menebas siapa saja yang menjadi sasaran.

Selanjutnya, ayat ini menambahkan gambaran "memanah perkataan kasar sebagai anak panah yang pahit." Anak panah, terutama yang dilepaskan dari jarak jauh, bisa datang tanpa peringatan, tiba-tiba, dan sangat menyakitkan. Kata-kata yang pahit tidak hanya menyakitkan saat diterima, tetapi juga meninggalkan rasa getir dan ketidaknyamanan yang panjang. Ini menggambarkan serangan verbal yang seringkali dilakukan secara tiba-tiba, dari belakang, atau tanpa tatapan mata langsung, membuat korban merasa tidak berdaya dan terkejut. Kepahitan dari kata-kata tersebut meresap ke dalam jiwa, meninggalkan luka yang sulit disembuhkan.

Penting untuk dicatat bahwa ayat ini juga menyiratkan adanya unsur ketersembunyian. Perkataan tajam dan pahit ini seringkali dilontarkan dari tempat yang tidak terlihat, dari balik tirai rencana jahat, atau dari mulut yang tersenyum namun menyimpan kebencian. Serangan semacam ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk: gosip, fitnah, kritikan pedas yang tidak membangun, sarkasme yang merendahkan, atau bahkan janji palsu yang dibungkus kata-kata manis. Semua itu bertujuan untuk melukai, menghancurkan, dan menjauhkan seseorang dari kebenaran atau dari tujuan baik mereka.

Dalam konteks spiritual, ayat ini mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap perkataan yang kita lontarkan dan untuk waspada terhadap perkataan orang lain. Kita dipanggil untuk menjaga lidah kita, menggunakannya untuk membangun, bukan menghancurkan, dan untuk mencari hikmat dalam membedakan antara kritik yang membangun dan serangan verbal yang jahat. Mazmur 64:3 mengajarkan kita pentingnya pertahanan diri spiritual terhadap serangan lidah yang tajam dan pahit, serta perlunya kepercayaan pada Tuhan yang dapat melindungi kita dari niat jahat dan kata-kata yang mematikan.