"Korban syukurku akan kubawa, limpah ruah lemak dari domba jantan; korban sembelihan kerbau dengan kambing seribu."
Mazmur 66:15 menggemakan sebuah janji yang penuh dengan gairah dan kerelaan hati. Penulis mazmur, setelah merasakan campur tangan Tuhan yang luar biasa dalam hidupnya, menyatakan niatnya untuk mempersembahkan korban syukur yang istimewa. Frasa "korban syukurku akan kubawa, limpah ruah lemak dari domba jantan; korban sembelihan kerbau dengan kambing seribu" bukanlah sekadar persembahan materi biasa, melainkan ungkapan dari hati yang benar-benar dipenuhi rasa syukur yang mendalam.
Dalam konteks Perjanjian Lama, korban persembahan memiliki makna yang sangat penting. Itu adalah cara umat Tuhan untuk mengakui kedaulatan-Nya, menebus dosa, dan mengungkapkan rasa terima kasih. Namun, Mazmur 66:15 menyoroti kualitas persembahan tersebut. "Limpah ruah lemak dari domba jantan" dan "korban sembelihan kerbau dengan kambing seribu" menggambarkan jumlah yang banyak, kualitas terbaik, dan kesungguhan dalam memberi. Ini bukan persembahan yang asal-asalan, melainkan yang terbaik yang bisa diberikan, menunjukkan betapa besar dampak kebaikan Tuhan bagi penulis mazmur.
Kita dapat menarik pelajaran berharga dari ayat ini untuk kehidupan kekinian. Rasa syukur seringkali diekspresikan dalam tindakan, dan tindakan syukur yang paling tulus datang dari hati yang benar-benar menyadari berkat yang telah diterima. Terkadang, hidup membawa kita melalui badai dan ujian. Namun, ketika Tuhan campur tangan, membebaskan, menolong, atau memberi kekuatan, respons yang alami dan tepat adalah rasa syukur.
Persembahan syukur dalam era Perjanjian Baru mungkin tidak lagi berbentuk hewan sembelihan. Namun, prinsipnya tetap sama. Syukur kita dapat diwujudkan melalui:
Ketika kita mempersembahkan "korban syukur" dalam berbagai bentuk ini, bukan kuantitasnya yang terpenting, melainkan ketulusan dan kerelaan hati di baliknya. Seperti penulis mazmur yang memberikan yang terbaik, demikian pula kita dipanggil untuk memberikan yang terbaik dari diri kita sebagai respons terhadap kebaikan Tuhan. Mazmur 66:15 mengingatkan kita bahwa tindakan syukur yang tulus adalah persembahan yang menyenangkan hati Tuhan, yang mencerminkan kedalaman hubungan kita dengan-Nya dan pengakuan atas kuasa serta kasih-Nya yang tak terhingga dalam setiap aspek kehidupan kita. Ini adalah ekspresi dari hati yang telah disentuh, diubahkan, dan dipulihkan oleh kasih karunia ilahi.