Ayat ini, Mazmur 77:10, mencerminkan sebuah momen yang mendalam dalam pergumulan spiritual pemazmur. Di tengah kesedihan dan perasaan ditinggalkan, ia merenungkan perubahan yang dirasakannya pada "tangan kanan Yang Mahatinggi". Tangan kanan sering kali melambangkan kekuatan, perlindungan, dan anugerah. Ketika pemazmur merasa tangan itu telah berubah, ia mengalami kekacauan batin dan keraguan akan kehadiran serta kemurahan Tuhan.
Perasaan ini sangat manusiawi. Siapa pun pernah mengalami masa-masa ketika doa terasa tidak terjawab, dukungan ilahi seolah menghilang, dan beban hidup terasa semakin berat. Dalam situasi seperti itu, wajar jika kita bertanya-tanya, "Apakah Tuhan masih bersama saya? Apakah Dia masih bekerja dalam hidup saya?" Mazmur 77:10 menangkap esensi dari pertanyaan-pertanyaan yang menghantui hati di saat-saat tergelap.
Namun, kisah Mazmur 77 tidak berhenti pada keterpurukan. Setelah mengakui kesedihannya, pemazmur kemudian melakukan sebuah langkah transformatif: ia mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan di masa lalu. Ia merenungkan karya-karya-Nya yang ajaib, pertolongan-Nya yang luar biasa, dan kesetiaan-Nya yang tak pernah padam. Pengingatan ini bukan sekadar nostalgia, melainkan sebuah tindakan iman yang secara aktif melawan keputusasaan.
Perubahan pada "tangan kanan Yang Mahatinggi" yang dirasakan pemazmur mungkin bukan perubahan pada diri Tuhan itu sendiri, melainkan perubahan dalam persepsi dan pemahaman pemazmur. Dalam kesulitan, fokus kita sering kali teralih pada masalah, sehingga kita kesulitan melihat gambaran yang lebih besar. Namun, dengan mengingat kembali kebaikan Tuhan dan karya-Nya yang agung, kita dapat mengalihkan pandangan dari apa yang tampaknya hilang kepada apa yang selalu ada: kasih karunia dan kuasa-Nya yang tak terbatas.
Mazmur 77:10 mengajarkan kita sebuah pelajaran penting tentang ketahanan iman. Ketika kita merasa jauh dari Tuhan atau ketika situasi hidup tampak suram, kita dipanggil untuk tidak terlarut dalam kesedihan. Sebaliknya, kita diajak untuk mencari kembali sumber kekuatan kita. Mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, merenungkan janji-janji-Nya, dan berseru kepada-Nya dapat membantu kita menemukan kembali terang di tengah kegelapan. Kebaikan Tuhan, meskipun terkadang tidak terlihat jelas, tetaplah kekal. Ia tidak pernah berubah, bahkan ketika keadaan kita berubah.
Oleh karena itu, ketika kita menghadapi tantangan yang membuat "tangan kanan Yang Mahatinggi" terasa menjauh, marilah kita mengikuti teladan pemazmur. Ingatlah perbuatan-perbuatan-Nya, renungkan kasih setia-Nya, dan percayalah bahwa Ia tetap bekerja di balik setiap situasi. Kepercayaan ini akan memampukan kita untuk melihat berkat dan kekuatan-Nya, bahkan di tengah kesulitan yang paling mendalam.