Mazmur 78:10 - Janji Setia Tuhan

Supaya mereka tidak berlaku seperti nenek moyang mereka, keturunan yang keras kepala dan memberontak, keturunan yang tidak teguh hatinya kepada Allah dan tidak setia kepada-Nya.

Mazmur 78:10 mengingatkan kita akan sebuah peringatan penting dari masa lalu. Ayat ini menyoroti kecenderungan umat Tuhan untuk mengulangi kesalahan generasi sebelumnya, yaitu ketidaksetiaan dan pemberontakan hati. Penulis Mazmur, Asaf, tengah menceritakan sejarah bangsa Israel, sebuah kisah yang penuh dengan kasih karunia Tuhan sekaligus kegagalan manusia. Melalui narasi panjang ini, Asaf ingin menyampaikan pelajaran berharga agar generasi yang mendengarkan tidak jatuh pada lubang yang sama.

"Keturunan yang keras kepala dan memberontak" adalah gambaran yang sangat kuat. Ini bukan sekadar ketidaktaatan sporadis, tetapi sebuah pola perilaku yang berakar dalam. Hati yang keras kepala menolak untuk tunduk pada kehendak Tuhan, sementara sifat memberontak adalah ekspresi nyata dari penolakan tersebut. Mereka tidak mau belajar dari pengalaman para leluhur mereka yang telah merasakan murka Tuhan akibat dosa mereka. Sebaliknya, mereka memilih jalan yang sama, jalan yang menjauhkan mereka dari hadirat dan berkat Tuhan.

Poin krusial dalam ayat ini adalah "tidak teguh hatinya kepada Allah dan tidak setia kepada-Nya." Ketidakteguhan hati berarti ketidakstabilan dalam iman, mudah goyah ketika menghadapi kesulitan atau godaan. Iman yang tidak kokoh seperti bangunan di atas pasir, mudah runtuh ketika badai datang. Ketidaksetiaan, di sisi lain, adalah pengkhianatan terhadap perjanjian yang telah dibuat dengan Tuhan. Ini adalah memilih untuk bergantung pada kekuatan diri sendiri, pada berhala-berhala dunia, atau pada jalan-jalan yang tidak berkenan di hadapan-Nya.

Mazmur ini bukanlah sekadar catatan sejarah kelam, melainkan sebuah panggilan untuk introspeksi. Di era modern ini, kita mungkin tidak lagi menyembah berhala dalam bentuk patung, namun godaan untuk tidak teguh hati dan tidak setia kepada Tuhan tetap ada. Tantangan datang dalam berbagai bentuk: kekhawatiran finansial yang membuat kita bimbang, ambisi duniawi yang mengalihkan fokus kita, pengaruh sosial yang mendorong kita untuk kompromi, atau rasa cukup diri yang membuat kita lupa akan Sumber segala kebaikan.

Pesan Mazmur 78:10 mengundang kita untuk memeriksa kondisi hati kita. Apakah hati kita teguh dan setia kepada Tuhan? Ataukah kita rentan terhadap godaan untuk kembali ke pola lama yang penuh pemberontakan? Mengingat janji-janji setia Tuhan yang telah dinyatakan dalam ayat-ayat sebelumnya dan dalam seluruh Alkitab, seharusnya menginspirasi kita untuk menanggapi dengan kesetiaan dan keteguhan hati. Dengan merenungkan kebaikan-Nya, kita dapat memperkuat fondasi iman kita dan memutuskan untuk berjalan dalam ketaatan, bukan dalam pemberontakan.