Ayat Mazmur 78:21 menggambarkan manifestasi murka Tuhan yang luar biasa, digambarkan sebagai api yang menyala dari hadirat-Nya. Kata-kata ini bukan sekadar metafora puitis, melainkan sebuah penggambaran teologis yang mendalam tentang sifat suci Allah dan konsekuensi dari ketidaktaatan umat-Nya. Ayat ini merupakan bagian dari Mazmur 78, yang menceritakan kembali sejarah bangsa Israel, dari Keluaran dari Mesir hingga masa Daud, dengan penekanan pada ketidaksetiaan mereka dan kesetiaan Tuhan yang tak tergoyahkan.
Memahami Murka Tuhan
Ketika kita berbicara tentang "murka Tuhan," penting untuk memahami bahwa ini bukanlah kemarahan emosional seperti yang dialami manusia. Murka Tuhan adalah ekspresi dari kebencian-Nya yang mutlak terhadap dosa dan ketidakadilan, serta keadilan-Nya yang suci yang menuntut pertanggungjawaban. Dalam konteks Mazmur 78, murka Tuhan bangkit sebagai respons terhadap bangsa Israel yang terus-menerus melupakan perbuatan ajaib-Nya dan mengingkari perjanjian mereka. Mereka berulang kali berpaling kepada berhala dan mengabaikan perintah-perintah-Nya.
Penggambaran "api gunung" dan "api berjalaran" menunjukkan kekuatan yang dahsyat dan destruktif. Ini bisa merujuk pada hukuman ilahi yang dijatuhkan kepada umat-Nya, seperti kutuk, penyakit, atau bahkan kekalahan dalam peperangan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah adalah Allah yang kudus, yang tidak dapat mentolerir dosa. Sementara Dia adalah Allah yang penuh kasih dan pengampunan, Dia juga adalah Allah yang adil yang akan menghakimi.
Ketidaksetiaan dan Konsekuensinya
Bagian dari Mazmur 78 ini berfungsi sebagai peringatan bagi generasi mendatang. Pemazmur mengingatkan bahwa Allah tidak hanya bertindak dalam sejarah untuk menyelamatkan, tetapi juga bertindak untuk menghukum ketika umat-Nya berpaling dari jalan-Nya. Ketidaksetiaan Israel bukan hanya ketidaktaatan pasif, tetapi seringkali melibatkan penolakan terang-terangan terhadap otoritas Tuhan. Mereka melihat pertolongan-Nya, menyaksikan kuasa-Nya, namun hati mereka tetap tidak tulus.
"Membakar kegelapan, dan mendung, dan badai yang dahsyat" mungkin merujuk pada malapetaka yang menimpa bangsa Israel, yang menutupi mereka seperti kegelapan dan badai yang gelap. Ini adalah gambaran yang kuat tentang dampak yang mengerikan dari murka ilahi. Namun, penting untuk dicatat bahwa bahkan dalam penghukuman, tujuan Tuhan adalah untuk mengarahkan kembali umat-Nya kepada diri-Nya. Mazmur ini berulang kali menekankan bahwa meskipun mereka dihukum, Tuhan juga merindukan pertobatan dan kesetiaan mereka.
Pelajaran untuk Masa Kini
Mazmur 78:21 mengajarkan kita pentingnya mengingat dan menghormati perbuatan Allah. Sejarah umat percaya adalah kisah tentang intervensi ilahi yang luar biasa, namun juga tentang kecenderungan manusia untuk melupakan dan berpaling. Kita dipanggil untuk mempelajari dari sejarah ini, agar tidak mengulangi kesalahan leluhur kita.
Keadilan Tuhan yang suci harus menginspirasi kita untuk hidup dalam kekudusan. Menyadari bahwa Allah membenci dosa seharusnya mendorong kita untuk bertobat dari dosa-dosa kita dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Penggambaran murka Tuhan ini bukan untuk menakut-nakuti tanpa harapan, tetapi untuk memanggil kita kepada pertobatan yang tulus dan penyerahan diri kepada Kristus, di mana murka Tuhan terhadap dosa telah ditanggung.