Mazmur 78:67

"Lagi Ia menolak kemah Yusuf, dan suku Efraim tidak dipilih-Nya, tetapi Ia memilih suku Yehuda, gunung Sion yang dikasihi-Nya."

Renungan tentang Kesetiaan Allah

Ayat Mazmur 78:67 ini membawa kita pada sebuah narasi penting dalam sejarah umat Israel. Pemazmur mengingatkan kembali bagaimana Allah, dalam kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas, membuat pilihan-pilihan yang terkadang tampak tidak lazim bagi manusia. Ayat ini secara spesifik menyebutkan penolakan-Nya terhadap kemah Yusuf dan suku Efraim, serta pemilihan suku Yehuda dan gunung Sion.

Penolakan terhadap kemah Yusuf dan suku Efraim bukanlah ungkapan ketidaksetiaan Allah. Sebaliknya, ini adalah bagian dari rencana-Nya yang lebih besar, yang berpusat pada pemulihan dan pengudusan umat-Nya. Sejarah mencatat bagaimana suku-suku Israel sering kali jatuh ke dalam penyembahan berhala dan ketidaktaatan. Efraim, yang merupakan keturunan Yusuf, sempat menjadi pusat spiritual dan politik di utara, namun kemudian terjerumus dalam dosa yang mendalam. Allah, melalui penghakiman dan koreksi, menunjukkan bahwa kesetiaan-Nya tidak berarti membiarkan umat-Nya terus menerus dalam kebejatan moral.

Sebaliknya, pemilihan suku Yehuda dan gunung Sion yang dikasihi-Nya menjadi simbol peneguhan dan janji. Sion bukan hanya gunung fisik, tetapi juga lambang kehadiran Allah, pusat ibadah, dan tempat di mana Kerajaan Allah akan berakar. Pemilihan Yehuda menandakan bahwa melalui keturunannyalah Mesias akan datang, membawa keselamatan bagi seluruh dunia. Ini adalah bukti nyata dari kesetiaan Allah meskipun umat-Nya seringkali ingkar janji. Allah tetap setia pada rencana penebusan-Nya, bahkan ketika manusia menunjukkan ketidaksetiaan.

Ilustrasi Simbolis Pilihan dan Penolakan dalam Sejarah Israel

Implikasi untuk Masa Kini

Mazmur 78:67 mengajarkan kita bahwa meskipun Allah menetapkan standar kesucian dan kebenaran, kesetiaan-Nya kepada janji penebusan tidak pernah goyah. Ia bekerja melalui rencana-Nya, menggunakan individu dan kelompok untuk menggenapi kehendak-Nya. Ini adalah pengingat bahwa tindakan Allah mungkin tidak selalu sesuai dengan pemahaman atau harapan kita yang terbatas. Namun, di balik setiap keputusan-Nya terdapat kasih dan tujuan yang mulia.

Bagi kita hari ini, ayat ini mengingatkan untuk merenungkan kesetiaan Allah dalam hidup kita. Mungkin ada saat-saat kita merasa ditinggalkan atau tidak terpilih dalam konteks tertentu. Namun, sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk melihat gambaran yang lebih besar: rencana Allah yang sempurna untuk menyelamatkan dan memulihkan kita melalui Yesus Kristus. Pemilihan Yehuda dan Sion mengarah pada kedatangan Kristus, yang merupakan puncak dari kesetiaan Allah. Mari kita belajar untuk percaya dan berserah pada kebijaksanaan-Nya, mengetahui bahwa Ia selalu setia pada janji-janji-Nya, bahkan ketika kita mungkin bergumul dengan ketidaktaatan kita sendiri.

Perenungan Mazmur 78:67 memberikan perspektif yang mendalam tentang karakter Allah: Ia adalah Allah yang adil, yang tidak menoleransi dosa, tetapi juga Allah yang penuh kasih dan setia pada janji-janji penebusan-Nya. Ia memimpin umat-Nya menuju tujuan yang kekal, memastikan bahwa rencana keselamatan-Nya akan tergenapi.