"Engkau menjauhkan sahabat dan teman dari padaku, dan orang-orang yang kukenal dari kegelapan." (Mazmur 88:18)
Mazmur 88 adalah sebuah ratapan yang sangat mendalam, penuh dengan kesedihan, penderitaan, dan rasa ditinggalkan. Penulis mazmur ini seolah-olah sedang tenggelam dalam jurang keputusasaan, di mana setiap upaya untuk meraih pertolongan terasa sia-sia. Puncak dari ratapan ini terwujud dalam ayat 18, yang menggambarkan perasaan isolasi total. "Engkau menjauhkan sahabat dan teman dari padaku, dan orang-orang yang kukenal dari kegelapan."
Ayat ini melukiskan sebuah kondisi di mana penderitaan begitu berat, sehingga bahkan orang-orang terdekat pun tampak menjauh. Di tengah kegelapan dan kesulitan yang melanda, perasaan kesepian menjadi semakin mencekam. Dalam konteks penderitaan fisik atau emosional yang ekstrem, dukungan sosial seringkali menjadi jangkar yang menahan seseorang agar tidak tenggelam sepenuhnya. Namun, ketika dukungan itu pun hilang, rasanya seolah-olah seluruh dunia telah berbalik membelakangi. Kata "kegelapan" di sini bisa diartikan secara harfiah sebagai malam yang pekat, atau lebih dalam lagi, sebagai metafora untuk situasi yang gelap, suram, dan tanpa cahaya harapan.
Penting untuk diingat bahwa Mazmur 88 adalah sebuah ekspresi jujur dari jiwa yang menderita. Penulis tidak ragu untuk menyampaikan perasaannya yang paling kelam kepada Tuhan. Meskipun ayat ini terdengar begitu suram dan tanpa harapan, ada kekuatan tersendiri dalam kejujuran ini. Melalui mazmur ini, kita diingatkan bahwa penderitaan dan perasaan ditinggalkan adalah bagian dari pengalaman manusia, bahkan bagi orang-orang yang dekat dengan Tuhan. Mazmur ini menjadi saksi bahwa bahkan dalam saat-saat tergelap sekalipun, seseorang masih bisa berseru kepada Tuhan.
Namun, apakah ini berarti Mazmur 88:18 adalah akhir dari segalanya? Para penafsir dan pembaca setia Alkitab melihat ayat ini dalam konteks yang lebih luas. Meskipun Mazmur 88 secara keseluruhan adalah mazmur ratapan yang jarang diakhiri dengan pemulihan yang jelas, ia tetap merupakan bagian dari Kitab Suci yang secara keseluruhan menuntun pada harapan yang lebih besar. Penderitaan yang diungkapkan di sini, meskipun nyata dan menyakitkan, pada akhirnya dapat dimengerti dalam terang penebusan yang lebih agung.
Bagi mereka yang bergumul dengan perasaan serupa, ayat ini bisa menjadi pengingat bahwa mereka tidak sendirian dalam penderitaan mereka. Penderitaan seperti ini adalah pengalaman universal yang telah diakui dan diungkapkan oleh banyak orang sepanjang sejarah, termasuk dalam Kitab Suci itu sendiri. Mazmur 88:18 mengajarkan kita untuk tidak meremehkan kedalaman kesepian dan keputusasaan yang bisa dialami seseorang. Ia juga mendorong kita untuk tetap berseru kepada Tuhan, bahkan ketika rasanya tidak ada jawaban atau kelegaan yang terlihat. Dalam keheningan atau bahkan dalam teriakan keputusasaan, Tuhan tetap mendengar.
Pada akhirnya, meskipun Mazmur 88:18 melukiskan gambaran yang begitu suram, ia tidak serta merta menghilangkan kemungkinan adanya akhir yang lebih baik. Kisah-kisah dalam Alkitab seringkali menunjukkan bahwa setelah periode kegelapan yang paling pekat, seringkali datanglah fajar baru. Kepercayaan dalam Tuhan seringkali diuji melalui badai penderitaan, dan dalam pengakuan kejujuran serta keberanian untuk terus berseru, ada benih harapan yang tak terlihat.
Referensi: Alkitab Sabda