Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi TUHANlah yang telah menjadikan langit.
Mazmur 96:5 adalah sebuah pernyataan yang sangat kuat tentang keagungan dan keesaan Tuhan. Ayat ini secara gamblang membandingkan "segala allah bangsa-bangsa" yang disebut sebagai "berhala" dengan Tuhan yang "telah menjadikan langit". Perbandingan ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah pengakuan fundamental mengenai hakikat Tuhan yang sesungguhnya.
Menyingkap Kehampaan Berhala
Dalam konteks zaman kuno, "berhala" mewakili representasi dewa-dewa yang diciptakan oleh tangan manusia atau dianggap memiliki kekuatan yang terbatas dan sering kali disalahartikan. Berhala tidak memiliki kekuatan sejati untuk menciptakan, mempertahankan, atau mengendalikan alam semesta. Mereka adalah objek mati yang hanya memiliki arti bagi penyembahnya, yang sering kali dipandu oleh ketakutan, ketidaktahuan, atau harapan palsu. Mazmur ini dengan tegas menolak gagasan bahwa ciptaan manusia atau entitas lain dapat disetarakan dengan pencipta sejati.
Tuhan Sang Pencipta Langit
Sebaliknya, ayat ini menunjuk kepada Tuhan sebagai pribadi yang memiliki kekuasaan mutlak atas penciptaan. "Menjadikan langit" bukanlah sekadar tindakan fisik, tetapi merupakan pernyataan tentang otoritas tertinggi. Langit, dengan segala keajaibannya—matahari, bulan, bintang, awan, dan hamparan tak berujungnya—adalah bukti nyata dari kekuatan ilahi yang luar biasa. Ketika Mazmur mengatakan Tuhan "menjadikan langit", ia menegaskan bahwa Tuhanlah sumber segala sesuatu, kekuatan yang tak tertandingi, dan penguasa alam semesta.
Implikasi Spiritual dan Teologis
Pemahaman ini memiliki implikasi yang mendalam. Pertama, ia menekankan keesaan Tuhan. Hanya ada satu Tuhan yang sejati, dan Dia adalah Pencipta. Ini menjadi dasar bagi monoteisme, keyakinan pada satu Tuhan. Kedua, ia membebaskan manusia dari ketakutan dan ketergantungan pada kekuatan semu. Jika Tuhan yang menciptakan segalanya, maka kepada-Nya sajalah seharusnya kita berserah dan mengabdi. Ketakutan terhadap berhala atau kekuatan lain menjadi tidak relevan di hadapan Yang Maha Kuasa.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengajak kita untuk merenungkan kebesaran Tuhan melalui ciptaan-Nya. Setiap kali kita memandang langit—saat matahari terbit, rembulan bersinar, atau gugusan bintang berkelip—kita diingatkan akan kekuatan dan keagungan Sang Pencipta. Mazmur 96:5 adalah panggilan untuk mengalihkan fokus dari hal-hal yang fana dan semu, menuju satu-satunya sumber kehidupan dan kebenaran yang abadi. Dalam keheningan malam atau keindahan fajar, kita dapat menemukan jejak kaki Tuhan, Sang Pencipta langit yang tak tertandingi.