Mikha 3:4 - Seruan Keadilan Ilahi

"Maka mereka akan berseru kepada TUHAN, tetapi Ia tidak menjawab mereka; Ia akan menyembunyikan wajah-Nya terhadap mereka pada waktu itu, karena perbuatan-perbuatan mereka jahat."
Mikha, sebuah koleksi nubuat yang kuat dari nabi abad ke-8 SM, berisi peringatan keras dan janji pengharapan bagi umat Allah. Salah satu ayat yang paling menusuk hati terdapat dalam pasal 3, ayat 4: "Maka mereka akan berseru kepada TUHAN, tetapi Ia tidak menjawab mereka; Ia akan menyembunyikan wajah-Nya terhadap mereka pada waktu itu, karena perbuatan-perbuatan mereka jahat." Ayat ini menyoroti konsekuensi mengerikan dari pengabaian keadilan dan ketidaktaatan yang disengaja terhadap firman Tuhan.

Pada konteks zamannya, Mikha 3:4 merupakan seruan peringatan bagi para pemimpin Israel—para raja, hakim, dan nabi palsu—yang seharusnya menjadi gembala umat, namun malah mengeksploitasi dan menindas mereka. Mereka menimbun kekayaan melalui cara-cara yang tidak jujur, mengabaikan kebutuhan orang miskin dan rentan, serta menyalahgunakan kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka. Keadilan telah dibelokkan, dan kebenaran telah terinjak-injak di jalanan Yerusalem.

Ketika bencana melanda, atau ketika mereka menghadapi kesulitan, para pemimpin ini, dalam kesombongan mereka, akan mencari pertolongan dari Tuhan. Namun, ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa Tuhan tidak akan menjawab seruan mereka. Mengapa? Karena hati mereka jauh dari-Nya. Perbuatan jahat mereka telah menciptakan jurang pemisah yang dalam antara mereka dan Sang Pencipta. Tuhan, dalam kekudusan dan keadilan-Nya, tidak dapat mentolerir ketidakadilan yang terus-menerus dilakukan oleh mereka yang mengaku sebagai wakil-Nya atau yang seharusnya menjunjung tinggi hukum-Nya.

Persembunyian wajah Tuhan adalah metafora kuat untuk penolakan ilahi. Ini bukan berarti Tuhan tidak lagi ada atau tidak lagi peduli, melainkan bahwa Dia menolak untuk mendengarkan atau bertindak demi mereka yang terus menerus memilih jalan kejahatan. Keadilan ilahi menuntut pertanggungjawaban. Ketika umat atau pemimpin mengabaikan prinsip-prinsip keadilan, kasih, dan kerendahan hati yang diajarkan Tuhan, mereka kehilangan hak istimewa untuk merasakan hadirat-Nya atau menerima pertolongan-Nya.

Pesan Mikha 3:4 tetap relevan hingga kini. Kita diingatkan bahwa hubungan kita dengan Tuhan tidak dapat dipisahkan dari cara kita memperlakukan sesama, terutama mereka yang lemah dan tertindas. Kekayaan, kekuasaan, atau status tidak dapat membeli kemurahan Tuhan jika hati kita dipenuhi dengan keserakahan, ketidakjujuran, dan ketidakpedulian. Seruan mereka yang tertindas harus didengar dan keadilan harus ditegakkan. Jika tidak, kita berisiko mengalami kesunyian ilahi—saat seruan kita kepada Tuhan tidak lagi mendapat jawaban, bukan karena ketidakmampuan-Nya, tetapi karena pilihan kita sendiri yang menjauhkan kita dari terang-Nya.

Setiap individu, setiap komunitas, dan setiap bangsa dipanggil untuk merefleksikan tindakan mereka. Apakah kita sedang membangun masyarakat yang adil, ataukah kita secara tidak sadar menimbun kejahatan yang akan mendatangkan murka ilahi? Mikha 3:4 adalah pengingat yang pedih namun perlu, bahwa keadilan dan ketaatan adalah fondasi yang tak tergoyahkan bagi hubungan yang harmonis dengan Tuhan.