Ayat Mikha 6:7 adalah sebuah ungkapan hati yang mendalam dari nabi Mikha, yang berbicara tentang esensi sejati dari hubungan dengan Tuhan. Dalam konteks zaman itu, persembahan hewan kurban dan bahkan pengorbanan yang paling ekstrem seringkali dianggap sebagai cara utama untuk mencari keridhaan ilahi. Namun, Mikha, melalui firman Tuhan, mengingatkan umat-Nya bahwa Tuhan tidak hanya mencari ritual dan kuantitas, melainkan kedalaman hati dan ketulusan.
Pertanyaan retoris yang diajukan dalam ayat ini—"Apakah TUHAN berkenan kepada ribuan domba jantan, atau kepada puluhan ribu minyak?"—menyoroti bahwa persembahan materi yang melimpah bukanlah jaminan penerimaan di hadapan Tuhan. Ribuan domba jantan melambangkan kekayaan materi dan kuantitas persembahan hewan yang besar. Puluhan ribu minyak, seperti minyak zaitun yang digunakan untuk pelita dan urapan, juga merupakan komoditas berharga pada masa itu. Namun, semua itu menjadi kurang berarti jika tidak disertai dengan hati yang benar.
Lebih lanjut, ayat ini mengambil langkah yang lebih dramatis dengan bertanya, "Apakah aku akan mempersembahkan anak sulungku sebagai salah pelanggaran, atau buah tubuhku sebagai dosa jiwaku?". Ini merujuk pada praktik mengerikan dari pengorbanan anak yang kadang terjadi di beberapa kebudayaan pagan kuno. Dengan menanyakan hal ini, Mikha ingin menunjukkan betapa absurdnya gagasan bahwa Tuhan menghendaki pengorbanan yang paling mengerikan dan merusak hubungan keluarga. Tuhan tidak menginginkan kesakitan atau penghancuran demi kepuasan-Nya.
Inti dari pesan Mikha 6:7 adalah bahwa Tuhan mencari hati yang bertobat, yang mengakui kesalahan, dan yang berkeinginan untuk melakukan keadilan, mengasihi kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan-Nya. Persembahan yang paling berkenan bagi Tuhan bukanlah persembahan fisik semata, melainkan hati yang tulus, penuh penyesalan, dan komitmen untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Kasih setia dan pengampunan adalah dua hal yang dijunjung tinggi oleh Tuhan, lebih dari sekadar ritual atau kuantitas persembahan. Ini adalah pengingat yang relevan bagi kita semua untuk memeriksa motivations kita dalam beribadah dan melayani Tuhan, memastikan bahwa kita melakukannya dengan hati yang murni dan tulus.