"Lalu hamba-hamba itu menyuruh orang berkata kepadaku: 'Janganlah engkau hadir pada pertemuan itu, karena Sanbalat dan Tobia serta pengikut-pengikut mereka hendak membunuh engkau.'"
Kisah Nehemia adalah sebuah narasi yang kaya akan pelajaran rohani dan kepemimpinan. Dalam perjalanannya membangun kembali tembok Yerusalem, Nehemia menghadapi berbagai rintangan, ejekan, dan bahkan ancaman fisik. Salah satu momen penting yang menyoroti kelicikan musuh-musuhnya terangkum dalam ayat Nehemia 6:4.
Ayat ini menggambarkan bagaimana Sanbalat, Tobia, dan para penentang lainnya berupaya menghentikan pekerjaan pembangunan tembok dengan cara-cara yang licik. Ketika rencana-rencana terang-terangan mereka gagal, mereka beralih pada strategi yang lebih halus namun tidak kalah berbahayanya: intimidasi dan manipulasi. Mereka mengirim pesan kepada Nehemia, bukan secara langsung, tetapi melalui perantara, dengan tuduhan palsu yang dirancang untuk menimbulkan ketakutan dan keraguan.
Pesan tersebut berbunyi, "Janganlah engkau hadir pada pertemuan itu, karena Sanbalat dan Tobia serta pengikut-pengikut mereka hendak membunuh engkau." Tujuannya jelas: untuk mengisolasi Nehemia, membuatnya percaya bahwa ada konspirasi pembunuhan yang menantinya, dan memaksanya untuk menarik diri dari tugasnya. Ini adalah taktik perang psikologis yang klasik, di mana musuh mencoba menanamkan rasa takut agar targetnya menjadi tidak produktif dan akhirnya menyerah.
Apa yang bisa kita pelajari dari kejadian ini dalam konteks masa kini? Pertama, bahwa tantangan dan oposisi seringkali datang dari arah yang tidak terduga, bahkan ketika kita sedang melakukan pekerjaan yang baik. Musuh-musuh Nehemia tidak menyukainya karena dia sedang membangun kembali identitas dan keamanan bangsanya. Demikian pula, ketika kita berusaha untuk memperbaiki diri, melayani orang lain, atau memperjuangkan kebenaran, kita mungkin akan menghadapi penolakan atau upaya untuk menjatuhkan kita.
Kedua, ayat ini mengajarkan pentingnya kewaspadaan dan hikmat dalam menghadapi ancaman. Nehemia tidak langsung percaya pada pesan tersebut. Sebagai pemimpin yang bijaksana, dia perlu membedakan antara peringatan yang tulus dan manipulasi yang licik. Ia harus mempertimbangkan motif para pengirim pesan dan pelaku di baliknya. Seringkali, musuh-musuh kita akan mencoba menakut-nakuti kita dengan skenario terburuk, atau menyebarkan rumor untuk menghentikan kita.
Ketiga, respons Nehemia terhadap cobaan ini sangat penting. Meskipun menghadapi ancaman, ia tidak membiarkan rasa takut menguasainya. Ia terus maju dengan tugasnya, mengandalkan Tuhan dan hikmat yang diberikan-Nya. Kisah selanjutnya menunjukkan bahwa Nehemia tidak terpancing untuk berhenti bekerja. Sebaliknya, ia semakin gigih dalam menyelesaikan pembangunan tembok, sambil tetap waspada terhadap rencana musuh.
Nehemia 6:4 mengingatkan kita bahwa dalam perjuangan kehidupan, baik spiritual maupun sekuler, kita tidak boleh mudah terpengaruh oleh suara-suara yang mencoba melemahkan semangat kita. Penting untuk membedakan antara nasihat yang membangun dan upaya untuk menjatuhkan. Dengan iman, hikmat, dan ketekunan, kita dapat mengatasi berbagai rintangan dan terus maju mencapai tujuan yang telah Tuhan tetapkan bagi kita.