"Engkaulah yang memberikan roti bagi kami pada masa kelaparan dan tempat berlindung yang aman di negeri asing."
Kitab Nehemia, khususnya pasal 9, menceritakan sebuah momen refleksi mendalam bagi bangsa Israel. Setelah kembali dari pembuangan di Babel, mereka berkumpul untuk berdoa dan mengakui dosa-dosa leluhur serta kesalahan mereka sendiri. Di tengah pengakuan dosa dan permohonan pengampunan, terselip pengakuan akan kebaikan dan kesetiaan Tuhan yang tak pernah putus. Ayat Nehemia 9:15 merupakan salah satu ungkapan syukur yang menggemakan janji pemeliharaan Tuhan dalam segala situasi.
Bait suci telah dibangun kembali, tembok Yerusalem telah didirikan, dan identitas kebangsaan mulai pulih. Namun, para pemimpin dan umat Israel tidak lupa menengok ke belakang, mengenang bagaimana Tuhan telah bekerja dalam sejarah mereka, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun. Frasa "roti bagi kami pada masa kelaparan" merujuk pada pemeliharaan Tuhan yang konsisten. Sepanjang sejarah perjalanan bangsa Israel, dari padang gurun hingga masuk ke tanah perjanjian, Tuhan tidak pernah membiarkan umat-Nya kelaparan. Manalah, burung puyuh, embun, dan sumber air adalah bukti nyata campur tangan ilahi dalam menjaga kelangsungan hidup mereka.
Lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan jasmani, ayat ini juga menekankan pentingnya "tempat berlindung yang aman di negeri asing." Pengalaman diasingkan ke Babel bukanlah pengalaman yang mudah. Mereka terpisah dari tanah leluhur, terasing dari bait suci, dan harus beradaptasi dengan budaya serta lingkungan yang asing. Namun, di tengah ketidakpastian dan kerentanan itu, Tuhanlah yang menjadi pelindung mereka. Ia memberikan mereka "tempat berlindung yang aman," bukan dalam arti fisik semata, tetapi dalam arti spiritual dan emosional. Tuhan tetap hadir di tengah-tengah mereka, menjaga mereka, dan bahkan memampukan mereka untuk berkembang dan memiliki keturunan di tanah pembuangan.
Pengakuan ini bukanlah sekadar ungkapan kepuasan akan masa lalu. Sebaliknya, pengakuan ini berfungsi sebagai landasan untuk mengokohkan iman mereka di masa kini dan masa depan. Ketika mereka merenungkan bagaimana Tuhan telah setia memelihara dan melindungi mereka di masa lalu, mereka mendapatkan keyakinan bahwa Tuhan yang sama akan terus menyertai mereka dalam menghadapi tantangan yang ada di depan. Kesetiaan Tuhan yang terbukti di masa kelaparan dan keterasingan memberikan harapan dan kekuatan untuk membangun kembali hidup mereka di Yerusalem.
Bagi kita di era modern, Nehemia 9:15 tetap relevan. Kehidupan sering kali penuh dengan ketidakpastian, tantangan, dan masa-masa "kelaparan" baik secara materiil maupun spiritual. Terkadang, kita merasa terasing, seperti berada di "negeri asing" dalam menghadapi kesulitan hidup. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah sumber pemeliharaan dan perlindungan yang tak tergoyahkan. Sebagaimana Ia telah menyediakan roti dan tempat berlindung bagi umat-Nya di masa lalu, Ia juga berjanji untuk menyertai kita dalam setiap situasi. Mari kita renungkan kesetiaan Tuhan dalam hidup kita, dan dengan iman, kita melangkah maju, mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan yang senantiasa menjaga dan memelihara umat-Nya.