"Semua sekutumu telah mengkhianatimu, bahkan sampai ke perbatasan. Orang-orang yang bekerja sama denganmu telah menipumu dan mengalahkanmu; orang-orang yang makan bersamamu akan memasang perangkap bagimu; tidak ada pemahaman padanya."
Kitab Obaja, yang merupakan salah satu kitab nabi-nabi kecil dalam Alkitab, menyajikan sebuah pesan kenabian yang kuat ditujukan kepada bangsa Edom. Ayat ke-7 dari pasal pertama ini secara spesifik menyoroti pengkhianatan dan kejatuhan Edom dari sekutu-sekutunya. Obaja menyampaikan firman Tuhan yang mengecam Edom karena kesombongan dan keangkuhan mereka, serta perlakuan buruk mereka terhadap umat Tuhan.
Ayat ini melukiskan gambaran yang suram tentang kehancuran Edom. Kata "sekutu" menunjukkan adanya hubungan kerjasama dan kepercayaan. Namun, ayat ini menegaskan bahwa kepercayaan tersebut dihancurkan. Orang-orang yang tadinya dianggap sebagai teman, pelindung, dan mitra dalam urusan duniawi, justru berbalik menjadi pengkhianat. Mereka tidak hanya menipu tetapi juga mengalahkan, menunjukkan bahwa tidak ada lagi kesetiaan dalam hubungan mereka. Ini adalah peringatan keras tentang konsekuensi kesombongan dan perlakuan yang tidak adil terhadap sesama, terutama terhadap umat Tuhan.
Lebih lanjut, ayat ini menyentuh aspek yang lebih intim dengan mengatakan "orang-orang yang makan bersamamu akan memasang perangkap bagimu". Ini menggambarkan pengkhianatan yang datang dari lingkaran terdekat, orang-orang yang berbagi makanan, simbol keakraban dan kepercayaan yang mendalam. Kehancuran yang datang dari dalam, dari orang-orang yang seharusnya paling bisa dipercaya, adalah pukulan yang paling telak. Fenomena ini tidak hanya relevan dalam konteks sejarah kuno, tetapi juga terus bergaung dalam pengalaman manusia di segala zaman. Pengkhianatan dapat datang dari arah yang paling tidak terduga, menggoyahkan fondasi kepercayaan yang telah dibangun.
Pesan dalam Obaja 1:7 memberikan pelajaran yang berharga bagi setiap individu dan komunitas. Ia mengingatkan kita tentang pentingnya integritas dalam setiap hubungan. Kepercayaan, sekali hilang, sangat sulit untuk dibangun kembali. Penipuan, baik dalam skala kecil maupun besar, akan selalu membawa konsekuensi negatif. Ayat ini juga mengajarkan kita untuk tidak bersandar pada kekuatan duniawi semata, karena hubungan yang dibangun di atas kepentingan pribadi seringkali rapuh.
Dalam konteks spiritual, Obaja 1:7 dapat diartikan sebagai pengingat bahwa kesombongan dan ketidakadilan akan selalu mendapat teguran dari Tuhan. Ketergantungan pada diri sendiri dan penolakan terhadap kehendak Ilahi akan membawa pada kehancuran. Sebaliknya, kerendahan hati, keadilan, dan kasih kepada sesama, terutama kepada mereka yang lemah atau tertindas, adalah jalan yang diberkati. Kitab Obaja, termasuk ayat ini, mengajak kita untuk merefleksikan perilaku kita, cara kita berinteraksi dengan orang lain, dan pondasi kepercayaan yang kita bangun dalam hidup kita.
Meskipun pesan ini ditujukan kepada Edom, hikmah yang terkandung di dalamnya bersifat universal. Ia mengajarkan kita tentang bahaya dari hubungan yang tidak tulus, tentang konsekuensi dari keserakahan dan kebohongan, serta tentang pentingnya membangun hubungan yang didasari oleh prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Dengan memahami Obaja 1:7, kita dapat lebih bijak dalam memilih teman dan sekutu, serta lebih berhati-hati dalam menjaga kepercayaan yang telah diberikan.
Di era modern yang serba terhubung, konsep sekutu dan pengkhianatan tetap sangat relevan. Dalam dunia bisnis, politik, dan bahkan hubungan personal, kita sering menyaksikan bagaimana kesepakatan dapat dilanggar dan kepercayaan dapat disalahgunakan. Pesan Obaja 1:7 mengingatkan kita untuk tidak mudah percaya pada janji-janji kosong dan untuk selalu waspada terhadap potensi penipuan. Membangun hubungan yang kokoh membutuhkan kejujuran, transparansi, dan komitmen yang kuat dari semua pihak.
Selain itu, ayat ini juga dapat menjadi cerminan dari situasi global saat ini, di mana aliansi dapat berubah dengan cepat dan kepentingan negara dapat mengesampingkan prinsip-prinsip kemanusiaan. Penting bagi kita untuk selalu berpegang pada nilai-nilai etika dan moral dalam setiap interaksi, baik di tingkat personal maupun kolektif, agar tidak terjerumus dalam jurang pengkhianatan dan kehancuran. Obaja 1:7 adalah sebuah pengingat abadi bahwa fondasi yang kuat dalam hubungan adalah kepercayaan yang jujur dan kemitraan yang tulus.