Pengkhotbah 10:5: Kekeliruan dalam Pemerintahan Ilahi

"Ada kejahatan lain yang kulihat di bawah matahari, yaitu kesalahan yang berasal dari penguasa: orang yang kurang akal ditempatkan di tempat yang tinggi, sedang orang kaya duduk di tempat yang rendah."

Bawah Atas Ketidaksesuaian

Ayat Pengkhotbah 10:5 membawa kita pada sebuah pengamatan yang tajam mengenai dunia dan bagaimana berbagai hal bekerja di dalamnya. Sang Pengkhotbah, yang dikenal dengan pandangannya yang realistis namun bijaksana, mengidentifikasi sebuah "kejahatan lain" yang tersembunyi di balik segala tatanan yang terlihat. Kejahatan ini bukanlah sesuatu yang dramatis, melainkan sebuah kekeliruan mendasar dalam sistem, khususnya terkait dengan pemerintahan atau penempatan orang dalam posisi-posisi penting. Frasa "di bawah matahari" sering kali merujuk pada dunia jasmani, sebuah ranah yang dapat kita amati dan alami langsung.

Secara spesifik, ayat ini menyoroti dua skenario yang saling bertolak belakang: "orang yang kurang akal ditempatkan di tempat yang tinggi, sedang orang kaya duduk di tempat yang rendah." Ini adalah gambaran sebuah struktur yang terbalik, sebuah tatanan yang tidak semestinya. Posisi yang tinggi atau tempat yang terhormat seharusnya dihuni oleh mereka yang memiliki kebijaksanaan, integritas, dan kemampuan untuk memimpin dengan baik. Sebaliknya, orang yang kurang akal, yang mungkin tidak memiliki pemahaman yang mendalam, kurang pertimbangan, atau bahkan kecenderungan berperilaku buruk, justru menduduki posisi tersebut.

Di sisi lain, orang yang kaya, dalam konteks ini bisa diartikan sebagai mereka yang memiliki sumber daya, pengetahuan, atau mungkin keahlian yang berharga, justru terpaksa berada di posisi yang rendah. Ini bisa berarti terpinggirkan, tidak dihargai, atau tidak memiliki kesempatan untuk berkontribusi sebagaimana mestinya. Situasi seperti ini menciptakan ketidakadilan dan ketidakefisienan. Keputusan yang diambil oleh orang yang kurang akal bisa jadi tidak bijak, merugikan banyak pihak, dan mengarah pada kekacauan. Sementara itu, potensi dan kontribusi orang yang cakap menjadi terbuang sia-sia.

Pengamatan ini relevan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pemerintahan negara, organisasi, hingga komunitas kecil. Ketika penempatan orang tidak didasarkan pada kelayakan, melainkan pada faktor-faktor lain seperti kedekatan, pengaruh, atau bahkan kebetulan, maka sistem akan rentan terhadap keruntuhan. Kebijaksanaan adalah fondasi yang kuat untuk kepemimpinan yang efektif. Tanpa kebijaksanaan, kekuasaan dapat disalahgunakan atau digunakan dengan cara yang tidak tepat sasaran. Ayat Pengkhotbah 10:5 mengingatkan kita untuk senantiasa memperhatikan bagaimana keadilan dan kelayakan diterapkan dalam penempatan orang, agar tatanan yang baik dapat tercipta dan dipertahankan.

Memahami ayat ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya integritas dan kompetensi dalam setiap peran. Baik kita sebagai individu yang menempati posisi tertentu, maupun sebagai pengamat sistem, kita dipanggil untuk melihat dan, jika mungkin, mendorong terciptanya keadaan di mana orang yang tepat berada di tempat yang tepat. Ini bukan hanya soal keadilan semata, tetapi juga demi kebaikan bersama, agar potensi manusia dapat dimaksimalkan dan agar tatanan kehidupan dapat berjalan dengan lebih harmonis dan produktif.