Pengkhotbah 8:7

"Karena ia tidak mengetahui apa yang akan terjadi, dan tidak ada yang dapat memberitahukan kepadanya: siapakah gerangan yang dapat memberitahukan kepadanya tentang apa yang akan terjadi?"
Ilustrasi awan dan matahari terbit melambangkan masa depan yang tidak diketahui

Dalam hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat, seringkali kita merasa terjebak dalam rutinitas sehari-hari, memikirkan masa kini dan mengkhawatirkan masa depan yang tak pasti. Namun, ada sebuah kebenaran abadi yang ditawarkan oleh kitab Pengkhotbah, khususnya pada pasal 8 ayat 7, yang mengingatkan kita tentang keterbatasan pengetahuan manusia akan apa yang akan datang. Ayat ini berbunyi, "Karena ia tidak mengetahui apa yang akan terjadi, dan tidak ada yang dapat memberitahukan kepadanya: siapakah gerangan yang dapat memberitahukan kepadanya tentang apa yang akan terjadi?"

Ayat ini bukan sekadar pengamatan pasif terhadap ketidakpastian hidup, melainkan sebuah ajakan untuk merenungkan posisi kita sebagai manusia di hadapan misteri waktu. Kita seringkali mencoba memprediksi masa depan, membuat rencana yang rumit, dan berinvestasi dalam berbagai bentuk kepastian. Namun, sejatinya, bahkan orang yang paling bijak sekalipun tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui dengan pasti apa yang akan terbentang di depan. Baik itu kemakmuran, kesulitan, sukacita, maupun kesedihan, semuanya adalah misteri yang diselimuti oleh tabir waktu.

Pengkhotbah menekankan bahwa mencoba mengendalikan atau memprediksi masa depan secara mutlak adalah usaha yang sia-sia. Pengetahuan kita terbatas, dan bahkan para raja yang berkuasa pun tunduk pada hukum ketidaktahuan ini. Tidak ada kekuatan, kekayaan, atau kecerdasan yang dapat memberikan akses pasti ke dalam apa yang belum terjadi. Ini bisa menjadi perspektif yang menakutkan bagi sebagian orang, namun sebenarnya ia menawarkan kebebasan yang luar biasa.

Dengan menerima keterbatasan kita dalam mengetahui masa depan, kita dibebaskan dari beban kecemasan yang berlebihan. Kita tidak perlu terus-menerus dihantui oleh "bagaimana jika" atau "apa yang akan terjadi". Sebaliknya, kita didorong untuk fokus pada apa yang dapat kita lakukan saat ini. Hidup adalah momen yang terus mengalir, dan kebijaksanaan sejati terletak pada bagaimana kita menjalani setiap detik dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Menerima kenyataan bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi juga dapat memupuk kerendahan hati. Kita menyadari bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari diri kita yang mengatur jalannya kehidupan. Hal ini mendorong kita untuk lebih berserah, untuk percaya pada rancangan yang lebih luas, dan untuk menemukan kedamaian dalam penerimaan. Daripada berjuang melawan ketidakpastian, kita bisa belajar untuk menari bersamanya.

Pengkhotbah 8:7 mengajarkan kita untuk memprioritaskan hidup di saat ini. Manfaatkan kesempatan yang ada, tunjukkan kasih, lakukan kebaikan, dan jalani hidup dengan integritas. Ketika kita fokus pada "sekarang", kita secara alami akan lebih siap menghadapi apa pun yang dibawa oleh "esok". Kebenaran yang tersembunyi dalam ayat ini adalah bahwa kedamaian dan kekuatan sejati ditemukan bukan dalam kemampuan untuk mengetahui masa depan, melainkan dalam keberanian untuk hidup dengan penuh di masa kini, percaya pada kebijaksanaan ilahi yang tak terduga.