Ilustrasi: Doa untuk kelancaran pelayanan
Ayat Roma 15:31 memuat sebuah ungkapan doa yang sangat pribadi namun memiliki implikasi luas bagi pelayanan Rasul Paulus. Dalam ayat ini, Paulus secara spesifik memohon kepada Tuhan agar ia dibebaskan dari segala rintangan, terutama dari orang-orang yang tidak taat di tanah Yudea. Permohonan ini bukan sekadar untuk keselamatan pribadi, tetapi lebih kepada kelancaran misi pelayanan yang diembannya.
Perjalanan Paulus ke Yerusalem pada waktu itu bukanlah perjalanan biasa. Ia membawa persembahan dan sumbangan dari jemaat-jemaat non-Yahudi untuk membantu saudara-saudari seiman di Yerusalem yang sedang mengalami kesulitan. Misi ini sangat penting untuk memperkuat kesatuan antara jemaat Yahudi dan non-Yahudi dalam Kristus, sebuah tema yang sangat ditekankan oleh Paulus dalam surat Roma.
Namun, Paulus sadar bahwa perjalanan dan misinya tidak akan mudah. Yudea, khususnya Yerusalem, adalah pusat agama Yahudi yang masih sangat kental dengan tradisi dan hukum Taurat. Ada kelompok-kelompok yang keras kepala menolak Injil dan melihat Paulus sebagai ancaman terhadap tatanan lama. Oleh karena itu, ia sangat membutuhkan perlindungan ilahi agar tidak terhalang oleh perlawanan yang mungkin datang dari mereka yang "tidak taat" atau tidak mau menerima kebenaran Injil.
Lebih dari itu, Paulus juga berdoa agar persembahannya dalam pelayanan di Yerusalem dapat diterima oleh orang-orang kudus. Kata "orang-orang kudus" merujuk pada jemaat Allah, baik di Yerusalem maupun di tempat lain. Penerimaan persembahan ini sangat krusial. Ini bukan hanya soal fisik, tetapi juga mengenai penerimaan terhadap niat tulus dan kasih yang dibawa oleh Paulus dari jemaat-jemaat lain. Penerimaan yang baik akan menjadi bukti nyata dari buah persatuan dan kasih Kristiani yang sehat.
Doa Paulus ini mengajarkan kita tentang pentingnya mengaitkan setiap pelayanan dengan doa. Pelayanan, seberapa pun mulia dan pentingnya, selalu rentan terhadap tantangan dan penolakan. Tanpa penyertaan Tuhan, segala upaya bisa menjadi sia-sia. Permohonan Paulus juga menunjukkan kerendahan hati seorang pelayan Tuhan yang menyadari keterbatasannya dan sepenuhnya bergantung pada kuasa dan kehendak Allah.
Bagi kita saat ini, ayat Roma 15:31 memberikan inspirasi. Ketika kita terlibat dalam berbagai pelayanan, baik itu di gereja, masyarakat, maupun di lingkungan keluarga, kita perlu menghadirkan semangat doa yang sama. Kita memohon agar Tuhan membebaskan kita dari segala bentuk hambatan yang bisa menghalangi pekerjaan baik kita. Kita juga berdoa agar persembahan (baik materiil maupun pelayanan waktu dan tenaga) yang kita berikan senantiasa berkenan di hadapan Tuhan dan diterima dengan baik oleh sesama yang dilayani.
Kisah dan doa Paulus ini mengingatkan kita bahwa pelayanan yang efektif selalu didasari oleh iman, kasih, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Tampilan yang cerah dan sejuk dari ayat ini seharusnya membawa kita pada refleksi yang mendalam mengenai komitmen kita dalam melayani sesama dengan cara yang menyenangkan hati Tuhan.