"Jika saudaramu, seorang laki-laki Ibrani, atau perempuan Ibrani, dijual kepadamu, maka ia akan bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh engkau harus melepaskannya dengan kebebasan."
Ayat Ulangan 15:12 ini merupakan bagian dari hukum Taurat yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel, yang di dalamnya tersirat banyak makna mendalam mengenai keadilan, belas kasihan, dan pengaturan sosial. Dalam konteks perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya, ayat ini mengatur perbudakan orang Ibrani. Namun, penting untuk dicatat bahwa konteks perbudakan dalam hukum Israel kuno sangat berbeda dengan praktik perbudakan yang brutal dan tidak berperikemanusiaan di era modern. Perbudakan Ibrani lebih sering disebabkan oleh kemiskinan ekstrem, di mana seseorang terpaksa menjual dirinya atau anggota keluarganya untuk membayar hutang atau memenuhi kebutuhan dasar.
Fokus utama dari ayat ini adalah pada kewajiban untuk membebaskan budak Ibrani setelah enam tahun bekerja. Ini menunjukkan prinsip keadilan dan kesempatan kedua. Setelah masa kerja yang ditentukan, individu tersebut berhak untuk mendapatkan kembali kebebasan dan memulai hidup baru. Tuhan menginginkan umat-Nya untuk menerapkan prinsip keadilan dalam interaksi sosial mereka, memastikan bahwa tidak ada individu yang dieksploitasi secara permanen, bahkan dalam situasi yang sulit. Hal ini juga mencerminkan sifat Tuhan yang penuh kasih dan adil, yang tidak ingin melihat umat-Nya terperangkap dalam kemalangan tanpa harapan.
Lebih dari sekadar aturan tentang perbudakan, Ulangan 15:12 mengajarkan kita tentang pentingnya siklus pemulihan dan pembaharuan. Enam tahun kerja keras diikuti oleh tahun kebebasan, menciptakan ritme yang memungkinkan individu untuk bangkit kembali dan membangun kembali kehidupan mereka. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita di masa kini. Dalam kehidupan pribadi maupun profesional, kita seringkali menghadapi tantangan dan masa-masa sulit. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kesulitan tidak harus menjadi akhir segalanya. Selalu ada harapan untuk kebebasan, pemulihan, dan awal yang baru jika kita memiliki keberanian untuk bertindak dan memanfaatkan kesempatan yang diberikan.
Penting juga untuk memahami bahwa perintah ini bukan hanya untuk pembebasan fisik, tetapi juga untuk pemulihan martabat dan hak seseorang. Ketika seorang budak Ibrani dibebaskan, ia tidak hanya kembali menjadi orang merdeka, tetapi juga harus dibekali dengan sumber daya yang cukup untuk memulai hidup baru. Hal ini sering kali diiringi dengan pemberian dari tuannya sebagai bentuk keadilan dan kemurahan hati. "Engkau harus memberinya bekal dengan limpah dari dombamu, dari tempat pengirikanmu dan dari tempat pemerasanmu. Seperti yang diberkati Tuhan, Allahmu, kepadamu, haruslah kauberikan kepadanya." (Ulangan 15:14). Hal ini menegaskan bahwa kebebasan yang sesungguhnya adalah kebebasan yang disertai dengan kemampuan untuk hidup mandiri dan sejahtera.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini dapat dipahami sebagai pengingat akan sifat sementara dari kesulitan. Seperti masa kerja enam tahun yang akhirnya berakhir, masalah dan tantangan dalam hidup juga bersifat sementara. Yang terpenting adalah bagaimana kita merespons masa-masa tersebut. Dengan iman, ketekunan, dan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip kasih dan keadilan, kita dapat menemukan jalan menuju pembebasan dan kehidupan yang lebih baik. Ulangan 15:12, meskipun berasal dari konteks hukum kuno, tetap relevan sebagai panduan moral dan spiritual bagi kita untuk senantiasa menjunjung tinggi keadilan, belas kasihan, dan harapan akan pemulihan.