Ayat Ulangan 6:21 membuka sebuah gambaran interaksi yang mendalam antara orang tua dan anak. Dalam konteks sejarah bangsa Israel, batu-batu peringatan seringkali didirikan untuk menandai peristiwa penting, perjanjian, atau untuk mengingatkan umat Allah tentang karya-karya besar-Nya. Pertanyaan anak ini bukanlah pertanyaan biasa, melainkan sebuah undangan untuk berbagi warisan iman. Ini adalah momen krusial bagi orang tua untuk meneruskan kisah kebesaran Tuhan kepada generasi berikutnya. Jawaban yang diberikan pada saat itu akan membentuk pemahaman anak tentang identitas mereka dan hubungan mereka dengan Pencipta.
Inti dari ayat ini terletak pada keinginan untuk mewariskan kesaksian iman. Bangsa Israel diperintahkan untuk mendirikan monumen dan tanda-tanda agar kisah-kisah tentang kelepasan dari perbudakan Mesir dan pemeliharaan Tuhan di padang gurun tidak pernah terlupakan. Batu-batu tersebut menjadi alat pengajaran yang visual dan permanen. Ketika anak-anak melihatnya dan bertanya, itu berarti rasa ingin tahu mereka telah terpicu, membuka pintu bagi dialog tentang iman.
Lebih dari sekadar menceritakan sejarah, ayat ini menekankan pentingnya memberikan makna. Jawaban atas pertanyaan anak bukanlah sekadar informasi faktual, melainkan sebuah penafsiran teologis. Orang tua harus menjelaskan bahwa batu-batu itu tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan penanda dari tindakan ilahi yang penuh kasih dan kekuatan. Ini adalah kesempatan untuk menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menunjukkan bahwa Tuhan yang sama yang bekerja bagi leluhur mereka, juga bekerja bagi mereka.
Dalam era digital ini, bentuk "batu peringatan" bisa jadi berbeda. Mungkin itu adalah foto-foto keluarga, catatan harian yang dibagikan, atau bahkan arsip digital dari momen-momen spiritual. Yang terpenting bukanlah bentuk fisiknya, melainkan makna yang kita tanamkan di dalamnya dan cara kita meneruskannya. Kita perlu secara sengaja menciptakan kesempatan untuk berbagi kisah iman kita, menjelaskan makna di balik setiap "batu peringatan" kehidupan kita, dan menghubungkannya dengan karya penyelamatan Tuhan.
Ulangan 6:21 adalah pengingat bahwa iman bukanlah sesuatu yang bersifat pribadi dan terisolasi, melainkan sebuah warisan yang harus dibagikan. Kisah-kisah tentang kebaikan dan kesetiaan Tuhan harus terus dihidupkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan menjawab pertanyaan anak-anak kita dengan tulus dan penuh hikmat, kita tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun fondasi iman yang kokoh dalam hati mereka, memastikan bahwa janji-janji Tuhan akan selalu mereka kenali dan percayai.