Wahyu 21:20 membawa kita pada gambaran visual yang sangat memukau tentang Kota Suci, Yerusalem Baru, yang turun dari surga. Bagian ini secara spesifik menyebutkan daftar batu permata yang menjadi bagian dari fondasi kota ini. Sebelas ayat sebelumnya telah menggambarkan sepuluh batu permata pertama, dan ayat ini melengkapi daftar tersebut dengan lima batu permata terakhir: kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh, kesebelas, dan kedua belas.
Setiap batu permata yang disebutkan dalam Wahyu 21:19-20 memiliki makna simbolis yang kaya dalam tradisi Yahudi maupun Kristen. Batu-batu ini mewakili keindahan, kekayaan, dan kemuliaan yang tak terhingga. Mereka bukan sekadar ornamen, melainkan fondasi yang kokoh, menunjukkan betapa berharga dan stabilnya tempat tinggal umat Allah kelak. Konsep fondasi kota yang terbuat dari permata ini menginspirasi imajinasi tentang kemegahan dan kesempurnaan ciptaan baru yang dijanjikan.
Ayat ini merinci batu-batu sebagai berikut:
Meskipun teks Wahyu 21:20 hanya menyebutkan nomor batu permata tanpa mengulang nama-namanya secara eksplisit, konteks dari ayat sebelumnya (Wahyu 21:19) memberikan gambaran lengkap tentang jenis-jenis permata tersebut. Kemegahan ini menegaskan bahwa Yerusalem Baru adalah tempat yang paling mulia dan terindah yang pernah ada, mencerminkan kemuliaan Allah sendiri.
Penulis kitab Wahyu, Yohanes, menggunakan bahasa simbolis untuk menggambarkan kenyataan rohani yang melampaui pemahaman manusia. Batu permata yang berharga melambangkan kesempurnaan, ketahanan, dan cahaya ilahi. Ini adalah janji tentang sebuah tempat di mana tidak ada lagi kesedihan, penderitaan, atau dosa, hanya keindahan abadi dan hadirat Allah yang penuh kemuliaan. Setiap permata, dengan kilau dan warnanya yang khas, berkontribusi pada kemegahan keseluruhan kota, sama seperti setiap orang percaya berkontribusi pada kekudusan dan keindahan gereja-Nya.
Bagi orang percaya, Wahyu 21:20 adalah sumber pengharapan yang besar. Ia mengingatkan kita akan tujuan akhir kita, sebuah kehidupan kekal di dalam hadirat Tuhan, dalam sebuah kota yang dibangun dengan kemuliaan dan keindahan ilahi. Gambaran ini seharusnya memotivasi kita untuk hidup kudus dan setia, mempersiapkan diri untuk kedatangan kota yang mulia ini.
Penjelasan tentang batu-batu fondasi ini bukan sekadar deskripsi arsitektur, melainkan ilustrasi dari karakter dan kesempurnaan Allah yang akan berdiam di kota itu. Ia menunjukkan bahwa kota itu sendiri dibangun di atas dasar yang kokoh dan berharga, sama seperti iman kita dibangun di atas Yesus Kristus, Sang Batu Penjuru yang utama.
Baca lebih lanjut tentang harapan kekal di Wahyu 21.