Wahyu 6:3 - Kuda Merah Mengambil Perdamaian

"Dan ketika Dia membuka meterai yang kedua, aku mendengar suara yang kedua berkata: "Mari dan lihatlah." Maka keluarlah seekor kuda lain, merah padam warnanya. Dan kepada penunggangnya diberikan kuasa untuk mengambil perdamaian dari atas bumi, dan untuk membuat manusia saling membunuh; dan kepadanya diberikan sebilah pedang besar."

Simbol Kuda Merah

Dalam kitab Wahyu, pasal 6, ayat 3, digambarkan sebuah penglihatan yang kuat mengenai salah satu dari empat kuda yang keluar dari kitab suci yang disegel. Kuda kedua ini berwarna merah padam, sebuah warna yang secara universal diasosiasikan dengan api, kemarahan, dan terutama, peperangan serta pertumpahan darah. Penunggang kuda ini tidak hanya sekadar saksi, tetapi diberikan kuasa yang spesifik dan mengerikan: untuk mengambil perdamaian dari atas bumi.

Frasa "mengambil perdamaian dari atas bumi" adalah inti dari signifikansi ayat ini. Ini bukan hanya tentang hilangnya perdamaian dalam arti sederhana, tetapi tentang penghapusan total keadaan yang harmonis, tenang, dan sejahtera. Kuda merah ini melambangkan kekacauan yang ditimbulkan oleh konflik, sebuah kekuatan yang dirancang untuk memecah belah komunitas, mengobarkan perselisihan, dan akhirnya, menghancurkan tatanan yang ada.

Diberikan pula kepadanya kuasa untuk "membuat manusia saling membunuh". Ini adalah deskripsi yang lugas tentang eskalasi kekerasan. Perdamaian yang diambil bukan sekadar digantikan oleh kekosongan, tetapi oleh permusuhan aktif. Manusia, yang seharusnya hidup dalam harmoni, kini didorong oleh kekuatan yang menghancurkan ini untuk saling menyingkirkan. Senjata yang menyertai adalah "sebilah pedang besar", yang menegaskan skala dan kebrutalan dari kuasa yang diberikan. Ini bukan perkelahian kecil, melainkan konflik berskala besar yang akan merenggut banyak nyawa.

Kuda merah ini sering diinterpretasikan sebagai lambang perang, pembantaian, dan kekerasan yang akan melanda dunia. Dalam konteks kenabian, ia bisa merujuk pada berbagai periode sejarah di mana konflik global atau regional menyebabkan penderitaan massal, atau bahkan sebagai penanda dari peristiwa akhir zaman yang lebih besar. Konsep "mengambil perdamaian" juga bisa diartikan sebagai hilangnya kebebasan beragama atau kedamaian spiritual, karena perang seringkali menghancurkan semua aspek kehidupan, termasuk dimensi rohani.

Ayat ini mengingatkan kita akan kerapuhan perdamaian di dunia dan potensi kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh konflik antar manusia. Ia berfungsi sebagai peringatan tentang konsekuensi mengerikan dari peperangan dan kebutuhan mendesak untuk mencari dan mempertahankan perdamaian, bukan hanya di tingkat global, tetapi juga dalam relasi antar individu.

Pesan yang tersirat dalam Wahyu 6:3 adalah peringatan yang kuat, sebuah pengingat bahwa tanpa intervensi ilahi atau usaha kolektif yang sungguh-sungguh untuk memelihara harmoni, bumi rentan terhadap kekuatan yang merusak. Kuda merah ini, bersama dengan penunggangnya, berdiri sebagai simbol abadi dari kehancuran yang dapat terjadi ketika perdamaian direnggut.

Untuk pemahaman lebih lanjut mengenai konteks kitab Wahyu, Anda bisa merujuk ke Alkitab SABDA.