Yehezkiel 10:5

"Dan ketika bunyi sayap kerub itu terdengar sampai ke pelataran luar, bunyinya seperti suara Allah Yang Mahakuasa, ketika Ia berfirman."

Suara Keagungan Ilahi

Ayat Yehezkiel 10:5 menggambarkan momen yang luar biasa di mana keagungan Allah diungkapkan melalui suara yang dahsyat. Dalam konteks kitab Yehezkiel, visi ini terjadi di Bait Allah di Yerusalem, sebuah tempat yang seharusnya menjadi kediaman kehadiran Allah. Namun, apa yang disaksikan oleh nabi Yehezkiel adalah gambaran perginya kemuliaan Allah dari tempat tersebut, sebagai tanda penghakiman atas dosa umat-Nya. Bunyi sayap kerub yang digambarkan dalam ayat ini bukanlah sekadar suara biasa, melainkan suara yang menggetarkan, yang disamakan dengan suara Allah Yang Mahakuasa ketika Ia berfirman.

Suara yang diperdengarkan bukanlah suara yang menakutkan atau mengerikan dalam artian negatif, melainkan suara yang penuh kuasa dan otoritas ilahi. Ini adalah suara yang menciptakan dan mengatur alam semesta, suara yang mengumumkan kehendak-Nya, dan suara yang memiliki kuasa untuk menghakimi. Penyelarasan bunyi sayap kerub dengan suara Allah yang berfirman menekankan sifat transenden dan luar biasa dari hadirat ilahi yang sedang bergerak. Kerub-kerub, makhluk surgawi yang sering digambarkan menjaga kesucian Allah, bertindak sebagai pembawa kemuliaan-Nya. Ketika mereka bergerak, mereka membawa serta resonansi suara Sang Pencipta itu sendiri.

Bagi umat Israel pada masa itu, pemandangan dan suara ini pastilah sangat menggugah. Mereka menyaksikan, bahkan mendengarkan, bukti fisik dari kepergian Allah dari tempat yang mereka anggap paling suci. Hal ini menjadi peringatan keras tentang konsekuensi dari ketidaktaatan dan penyembahan berhala. Namun, di balik penghakiman, selalu ada janji pemulihan. Ayat ini, meskipun menggambarkan momen perpisahan, juga dapat dipahami sebagai pengingat bahwa Allah tetaplah Allah, suara-Nya tetap bergema di seluruh ciptaan, dan Ia memiliki rencana bahkan di tengah kehancuran.

Dalam konteks pribadi kita, ayat Yehezkiel 10:5 dapat menjadi panggilan untuk merenungkan bagaimana kita mendengar suara Allah dalam kehidupan kita. Apakah kita mendengarkan firman-Nya yang berkuasa, yang mampu menuntun, menguatkan, dan mengoreksi kita? Keagungan ilahi yang diungkapkan melalui suara ini mengingatkan kita akan kerendahan hati yang semestinya kita tunjukkan di hadapan Sang Pencipta. Suara Allah adalah sumber kebenaran dan kehidupan, dan mendengarkannya dengan saksama adalah kunci untuk berjalan dalam kehendak-Nya. Mari kita membuka hati dan telinga kita untuk mendengarkan resonansi firman-Nya yang terus berbicara, bahkan di tengah hiruk pikuk dunia modern. Kunjungi https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Yehezkiel+10:5 untuk membaca ayat ini dalam konteks yang lebih luas.