Ayat Yehezkiel 12:6 menggambarkan sebuah perintah yang sangat spesifik dan simbolis yang diberikan Tuhan kepada nabi Yehezkiel. Perintah ini bukan sekadar instruksi biasa, melainkan sebuah tindakan kenabian yang memiliki makna mendalam dan pesan yang kuat bagi bangsa Israel yang sedang berada dalam masa pembuangan dan ketidakpastian.
Dalam konteks sejarahnya, Yehezkiel melayani pada masa Yerusalem akan segera jatuh ke tangan Babel. Bangsa Israel banyak yang masih berpegang pada harapan palsu bahwa mereka akan segera kembali atau bahwa kota mereka aman. Tuhan mengutus Yehezkiel untuk membawa pesan peringatan, penghakiman, dan pada akhirnya, janji pemulihan.
Tindakan memikul barang di atas bahu pada malam hari dan menutup muka adalah simbol yang kuat. Memikul di atas bahu menunjukkan kesiapan untuk bergerak, pengungsian, atau pemindahan paksa. Hal ini mencerminkan kenyataan pahit yang akan dihadapi oleh banyak orang Israel: mereka akan dibawa pergi dari tanah perjanjian mereka, tanah yang mereka cintai, ke pembuangan di negeri asing.
Penekanan pada "menutup muka supaya jangan melihat tanah itu" memiliki makna yang lebih dalam lagi. Ini bukan hanya tentang menghindari melihat pemandangan yang menyedihkan dari tanah yang ditinggalkan, tetapi juga menandakan pemutusan hubungan dengan tanah dan segala sesuatu yang terkait dengannya. Ini adalah simbolisasi kehilangan, kesedihan, dan penghakiman ilahi yang membuat mereka tidak dapat lagi menikmati anugerah dan berkat yang diberikan Tuhan di tanah mereka.
Tuhan secara eksplisit menyatakan bahwa Yehezkiel ditetapkan "menjadi tanda bagi kaum Israel." Tindakan simbolis ini adalah khotbah yang hidup. Melalui perbuatan Yehezkiel, Tuhan berbicara kepada umat-Nya, mengingatkan mereka akan kebenaran yang sulit tentang dosa mereka dan konsekuensinya. Ini adalah cara Tuhan untuk menarik perhatian mereka, untuk membuat mereka merenungkan realitas penghakiman yang akan datang, dan untuk mempersiapkan mereka secara spiritual menghadapi masa-masa sulit.
Pesan dalam Yehezkiel 12:6 mengajarkan kita tentang pentingnya kebenaran, meskipun terkadang sulit untuk didengar atau dilihat. Tuhan tidak ingin umat-Nya hidup dalam ilusi atau kepalsuan. Dia ingin mereka mengerti konsekuensi dari ketidaktaatan dan kebobrokan moral. Tindakan kenabian Yehezkiel menjadi pengingat bahwa Allah serius dengan firman-Nya, dan Dia menggunakan cara-cara yang tidak biasa untuk menyampaikan pesan-Nya.
Bagi kita hari ini, ayat ini mengingatkan bahwa pesan kenabian seringkali datang dengan kerendahan hati dan kepatuhan yang radikal. Menjalani kebenaran Tuhan terkadang berarti harus meninggalkan kenyamanan, menghadapi kesulitan, dan bahkan meninggalkan apa yang terasa aman. Yehezkiel, melalui tugasnya, menjadi perwujudan dari Firman Allah yang dinamis dan seringkali menantang, menunjukkan bahwa iman sejati melibatkan kesediaan untuk bertindak sesuai dengan panggilan ilahi, bahkan ketika itu berarti melakukan hal-hal yang luar biasa dan terlihat.