Firman Tuhan yang dicatat dalam Kitab Yehezkiel pasal 13 ayat 6 memberikan peringatan keras terhadap para nabi palsu. Ayat ini menyoroti sifat kebohongan yang mereka sebarkan dan dampaknya yang merusak bagi umat Tuhan. Para nabi ini, alih-alih membawa pesan kebenaran dari Allah, justru mengumandangkan penglihatan dan ramalan yang diciptakan dari imajinasi mereka sendiri atau dari keinginan orang banyak. Mereka berani mengatasnamakan Tuhan, berkata, "Beginilah firman TUHAN," meskipun Tuhan sendiri tidak pernah mengutus mereka untuk menyampaikan perkataan tersebut.
Bahayanya terletak pada kemampuan mereka untuk menipu. Mereka tidak hanya berbicara dusta, tetapi juga membuat orang lain menaruh harapan pada perkataan palsu tersebut. Dalam konteks sejarah umat Israel, peringatan ini muncul pada masa-masa ketika mereka sedang menghadapi hukuman ilahi karena dosa-dosa mereka. Para nabi palsu inilah yang justru memberikan gambaran palsu tentang keselamatan, seolah-olah Allah akan mengabaikan pelanggaran mereka dan memberikan perlindungan tanpa syarat. Ini adalah bentuk penipuan spiritual yang sangat berbahaya, karena menjauhkan orang dari pertobatan dan pengharapan yang sejati.
Dampak dari nubuat palsu ini sangatlah luas. Pertama, ia merusak hubungan umat dengan Tuhan. Ketika kebenaran digantikan oleh kebohongan, dasar kepercayaan dan ketaatan menjadi rapuh. Orang-orang diajari untuk tidak mendengarkan suara Tuhan yang sesungguhnya, melainkan suara-suara yang menenangkan telinga namun menyesatkan jiwa. Kedua, hal ini membawa konsekuensi yang mematikan. Berharap pada janji-janji palsu yang tidak akan pernah terwujud sama saja dengan membangun rumah di atas pasir. Ketika badai datang, harapan kosong itu akan runtuh, meninggalkan kehancuran. Umat yang terbuai oleh nubuat palsu tidak siap menghadapi kenyataan hukuman yang akan datang.
Yehezkiel pasal 13 secara keseluruhan mengutuk keras para nabi yang "mengikuti roh mereka sendiri" dan memberikan pesan yang tidak berdasar. Pesan ini relevan hingga kini. Kita hidup di zaman di mana informasi begitu melimpah, dan tidak semua informasi itu jujur atau berasal dari sumber yang benar. Dalam ranah spiritual, kita harus tetap waspada terhadap ajaran-ajaran yang terdengar indah namun bertentangan dengan dasar-dasar iman yang kokoh, yang mengabaikan pentingnya pertobatan, pengudusan, dan ketaatan kepada kehendak Tuhan yang dinyatakan dalam Kitab Suci.
Menjadi tugas kita untuk membedakan mana suara Tuhan yang otentik dan mana suara penipu. Hal ini memerlukan kedekatan pribadi dengan Tuhan melalui doa, studi Firman-Nya, dan kebijaksanaan yang dikaruniakan oleh Roh Kudus. Kita perlu secara kritis mengevaluasi setiap pesan, terutama yang menjanjikan kemudahan atau keselamatan tanpa perjuangan, atau yang mengabaikan aspek keadilan dan kekudusan Tuhan. Yehezkiel 13:6 menjadi pengingat abadi akan bahaya nubuat palsu dan pentingnya untuk selalu mencari dan mendengarkan kebenaran yang murni dari Tuhan.