Peringatan Keras bagi Para Nabi Palsu
Kitab Yehezkiel adalah kumpulan nubuat yang disampaikan oleh Nabi Yehezkiel kepada bangsa Israel yang terbuang di Babel. Dalam pasal 13, Yehezkiel dihadapkan pada tugas yang berat: menyampaikan pesan penghakiman Tuhan, bukan hanya kepada bangsanya, tetapi juga kepada para nabi dan peramal yang beredar di tengah mereka. Ayat ketujuh, "Kamu melihat penglihatan yang palsu dan meramalkan dusta. Sungguh, Aku bukan berbicara atas nama-Ku," merupakan inti dari teguran keras Tuhan terhadap mereka yang menyalahgunakan karunia nubuat.
Para nabi palsu ini adalah individu-individu yang seharusnya menjadi penyalur suara Tuhan, pembawa kebenaran dan penghiburan bagi umat-Nya. Namun, dalam kenyataannya, mereka justru menyelewengkan peran suci tersebut. Alih-alih mendengar dan menyampaikan apa yang Tuhan firmankan, mereka menciptakan visi dan ramalan sendiri, yang seringkali menyenangkan telinga orang banyak tetapi jauh dari kebenaran ilahi. Mereka lebih mementingkan popularitas dan keuntungan pribadi daripada kesetiaan kepada Tuhan dan kesejahteraan umat-Nya.
Dampak Merusak dari Kebohongan Rohani
Pernyataan "meramalkan dusta" menunjukkan sebuah tindakan yang sengaja. Ini bukan sekadar kekeliruan, melainkan sebuah penipuan yang disadari. Kebohongan rohani yang disampaikan oleh para nabi palsu ini memiliki dampak yang sangat merusak. Mereka memberikan janji-janji palsu tentang kedamaian dan keselamatan, padahal bangsa Israel sedang menghadapi murka Tuhan akibat dosa-dosa mereka. Janji-janji palsu ini menciptakan rasa aman yang semu, membuat umat Tuhan terlena dan enggan untuk bertobat. Padahal, jalan yang benar adalah pengakuan dosa, pertobatan, dan kembali kepada Tuhan.
Dampak paling berbahaya dari kebohongan semacam ini adalah terputusnya hubungan dengan sumber kebenaran sejati, yaitu Tuhan sendiri. Ketika seseorang atau sekelompok orang terbiasa mendengar apa yang ingin mereka dengar, bukan apa yang Tuhan ingin mereka ketahui, maka hati mereka akan mengeras. Mereka kehilangan kemampuan untuk membedakan antara suara Tuhan yang murni dan suara-suara penipu yang menyesatkan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak pernah mengutus para nabi-Nya untuk berbicara dusta. Setiap perkataan yang keluar dari mulut nabi yang sejati adalah perkataan Tuhan.
Relevansi untuk Masa Kini
Pesan Yehezkiel 13:7 tetap sangat relevan hingga hari ini. Dalam era informasi yang begitu luas, kita seringkali dihadapkan pada berbagai klaim spiritual dan ajaran yang berbeda. Penting bagi kita untuk memiliki kemampuan membedakan. Kita perlu menguji setiap perkataan yang mengaku berasal dari Tuhan dengan Firman-Nya yang tertulis. Kita harus berdoa memohon hikmat ilahi agar tidak tertipu oleh ramalan dusta atau ajaran-ajaran yang menyesatkan. Kesetiaan kepada kebenaran Tuhan adalah pondasi yang kokoh di tengah badai ketidakpastian dan penipuan.
Para nabi palsu di zaman Yehezkiel menjanjikan visi palsu dan meramalkan kebohongan. Tuhan menegaskan, "Sungguh, Aku bukan berbicara atas nama-Ku." Ini adalah pernyataan tegas bahwa Tuhan tidak pernah bersubahat dalam penipuan. Sebaliknya, Dia adalah sumber kebenaran yang tak tergoyahkan. Dengan memahami ayat ini, kita diajak untuk senantiasa mendekat kepada Tuhan, mendengarkan Firman-Nya dengan hati yang tulus, dan waspada terhadap suara-suara yang mencoba mengalihkan kita dari jalan kebenaran.