Yehezkiel 16:34 "Kamu pun berbuat lain dari perempuan-perempuan sundal, karena kamu membayar upah, sementara upah tidak dibayarkan kepadamu. Kamu berbuat sebaliknya."
Ilustrasi visual Yehezkiel 16:34

Yehezkiel 16:34

"Kamu pun berbuat lain dari perempuan-perempuan sundal, karena kamu membayar upah, sementara upah tidak dibayarkan kepadamu. Kamu berbuat sebaliknya."

Konteks dan Makna

Ayat Yehezkiel 16:34 adalah bagian dari nubuat yang disampaikan oleh nabi Yehezkiel kepada kota Yerusalem. Dalam perikop ini, Allah menggunakan perumpamaan yang kuat dan kontras untuk menggambarkan pengkhianatan dan dosa-dosa umat-Nya, yang pada dasarnya adalah perzinahan rohani. Yerusalem, yang seharusnya menjadi mempelai perempuan Allah yang setia, digambarkan telah jatuh ke dalam berbagai bentuk penyembahan berhala dan hubungan terlarang dengan bangsa-bangsa lain.

Perbandingan dengan "perempuan sundal" bukanlah untuk merendahkan martabat perempuan, melainkan sebuah alegori yang sangat efektif dalam konteks budaya pada masa itu untuk menggambarkan ketidaksetiaan yang parah. Namun, ayat 34 memberikan sebuah nuansa tambahan yang unik. Alih-alih menjadi pihak yang menerima "upah" (seperti yang umum dalam gambaran pelacuran), Yerusalem malah digambarkan "membayar upah". Ini menunjukkan betapa dalamnya keterlibatan mereka dalam kemurtadan. Mereka tidak hanya berzinah secara rohani, tetapi juga aktif mencari dan membayar harga untuk hubungan-hubungan terlarang tersebut, baik itu melalui perjanjian politik yang tidak sehat, penyembahan berhala, atau cara-cara lain yang menjauhkan mereka dari Allah.

Peringatan Keras dari Allah

Ayat ini menjadi peringatan keras dari Allah tentang konsekuensi dari pengkhianatan dan ketidaksetiaan. Allah memberikan kasih karunia dan janji-janji kesetiaan kepada umat-Nya, namun ketika umat-Nya berpaling dan mencari kesenangan atau keamanan di tempat lain, itu adalah sebuah pelanggaran perjanjian yang serius. Gambaran "membayar upah" menekankan bahwa dosa seringkali datang dengan biaya. Meskipun mungkin terlihat menguntungkan pada awalnya, pada akhirnya, hal itu akan membawa kehancuran dan kesengsaraan.

Kisah Yerusalem dalam pasal 16 merupakan pengingat abadi bahwa hubungan kita dengan Allah haruslah eksklusif dan prioritas utama. Ketika kita mengizinkan hal-hal lain masuk ke dalam hidup kita yang menggeser posisi Allah, kita sedang melakukan "perzinahan rohani". Ayat seperti Yehezkiel 16:34 berfungsi untuk membangunkan kita dari kelalaian, mendorong kita untuk memeriksa kesetiaan kita, dan mengingatkan kita akan kerinduan Allah akan hubungan yang murni dan tulus dengan umat-Nya.

Pelajaran dari ayat ini tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan modern, "upah" yang kita bayar mungkin berbentuk kesibukan yang berlebihan, obsesi terhadap materi, pencarian pengakuan sosial, atau bahkan keterikatan pada ideologi yang bertentangan dengan kebenaran ilahi. Semua ini dapat menjadi cara kita "membayar upah" untuk hal-hal yang menjauhkan kita dari Allah. Oleh karena itu, penting untuk terus merenungkan firman-Nya dan memastikan bahwa hati kita senantiasa tertuju kepada-Nya.