Simbol Kitab Suci dan Air Suci

Yehezkiel 16:36 - Hukuman atas Kesombongan dan Pemberontakan

"Dan lagi, bahkan lebih dari para perempuanmu, sebab karena persundalanmu engkau telah membuang kekasihmu, maka sekarang dengarlah firman TUHAN!"

Ayat Yehezkiel 16:36 ini merupakan bagian dari sebuah penglihatan profetik yang disampaikan oleh Nabi Yehezkiel kepada bangsa Israel. Dalam pasal ini, Yerusalem digambarkan sebagai seorang perempuan yang sejak kelahirannya telah ditolak dan dibiarkan terlantar, namun kemudian dipungut, dipelihara, dan diberkati oleh Allah. Keindahan dan kemakmuran yang diterima Yerusalem adalah anugerah dari TUHAN. Namun, sayangnya, Yerusalem tidak mensyukuri berkat tersebut. Sebaliknya, ia berpaling dari sumber kehidupan dan kasih setianya, yaitu Allah.

Gambaran dalam Yehezkiel 16 secara keseluruhan melukiskan perbandingan yang kontras antara kesetiaan Allah yang tak tergoyahkan dan ketidaksetiaan umat-Nya. Yerusalem, yang seharusnya menjadi umat perjanjian yang setia kepada Allah, justru terjerumus dalam dosa kesombongan, penyembahan berhala, dan berbagai bentuk kemaksiatan. Ayat 16:36 secara spesifik menyoroti kedalaman dosa Yerusalem, di mana ia tidak hanya berdosa seperti perempuan-perempuan lain, tetapi bahkan melampaui mereka.

Kata "persundalan" dalam konteks ini bukan hanya merujuk pada perzinahan secara fisik, tetapi lebih luas lagi melambangkan pengkhianatan rohani terhadap Allah. Yerusalem telah "membuang kekasihnya," yaitu TUHAN, yang telah mengangkatnya dari kehinaan, memberinya kekayaan, keindahan, dan segala sesuatu yang diperlukannya. Ia menduakan kasih TUHAN dengan mencintai berhala-berhala asing dan menjalin hubungan yang tidak kudus dengan bangsa-bangsa lain. Hubungan ini dipandang sebagai sebuah "persundalan" karena melanggar perjanjian pernikahan rohani yang telah terjalin antara Allah dan umat-Nya.

Menyikapi dosa yang begitu besar ini, firman TUHAN disampaikan dengan penekanan: "maka sekarang dengarlah firman TUHAN!" Ini menunjukkan bahwa teguran dan peringatan yang disampaikan bukan sesuatu yang bisa diabaikan. Allah memanggil Yerusalem (dan melalui Yerusalem, seluruh bangsa Israel) untuk mendengarkan dengan seksama murka dan penghakiman-Nya yang akan datang sebagai konsekuensi dari dosa-dosa mereka. Hukuman ini bukanlah tindakan yang sewenang-wenang, melainkan sebuah keadilan ilahi sebagai respons terhadap pengkhianatan yang telah terjadi.

Meskipun ayat ini berbicara tentang hukuman yang berat, penting untuk diingat bahwa nubuat nabi-nabi seringkali mengandung unsur peringatan agar umat berbalik dari dosa, dan di balik penghakiman, selalu ada janji pemulihan dan kasih setia Allah yang abadi bagi mereka yang mau bertobat. Yehezkiel 16:36 menjadi pengingat yang kuat akan keseriusan dosa di hadapan Allah, dan pentingnya menjaga kesetiaan hanya kepada-Nya. Kegagalan untuk hidup dalam perjanjian dengan Allah akan membawa konsekuensi yang serius, namun kasih setia-Nya selalu terbuka bagi jiwa yang menyesal.

Pesan dari Yehezkiel 16:36 bergema hingga kini, mengajarkan kita tentang bahaya kesombongan, pentingnya menjaga kemurnian iman, dan konsekuensi dari pengabaian terhadap firman Tuhan. Marilah kita merenungkan betapa berharganya kasih karunia Allah dan bertekad untuk tetap setia kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan kita.