Yehezkiel 2:5 - Pesan Tuhan yang Tegas

"Dan apabila mereka mendengar, entah mereka mau mendengarkan, entah mereka mau menolak - sebab mereka adalah kaum pemberontak - mereka akan tahu, bahwa seorang nabi telah berada di tengah-tengah mereka."

Kitab Yehezkiel, salah satu kitab kenabian dalam Perjanjian Lama, menyajikan narasi yang kuat tentang panggilan dan tugas seorang nabi. Dalam Yehezkiel 2:5, kita mendapati instruksi yang sangat penting dari Tuhan kepada nabi-Nya. Ayat ini tidak hanya menggambarkan tugas Yehezkiel, tetapi juga memberikan gambaran tentang kompleksitas hubungan antara Tuhan, utusan-Nya, dan umat yang keras kepala.

Tuhan memanggil Yehezkiel untuk menjadi nabi bagi kaum Israel yang sedang dalam pembuangan di Babel. Namun, tugas ini tidak datang dengan jaminan keberhasilan atau penerimaan yang mudah. Sebaliknya, Tuhan dengan jelas memberitahukan Yehezkiel apa yang akan dihadapinya. Kalimat "Dan apabila mereka mendengar, entah mereka mau mendengarkan, entah mereka mau menolak" menunjukkan ketidakpastian mengenai respons umat.

Penekanan pada kata "entah mereka mau mendengarkan, entah mereka mau menolak" sangat signifikan. Tuhan tidak memaksa hati manusia untuk menerima pesan-Nya. Kebebasan memilih tetap ada di tangan umat Israel. Namun, ketidakpastian ini bukanlah alasan bagi Yehezkiel untuk berhenti. Justru, ini adalah bagian dari ujian dan tantangan kenabian. Terlepas dari apakah pesan itu diterima atau ditolak, Yehezkiel harus menyampaikannya.

Frasa "sebab mereka adalah kaum pemberontak" memberikan konteks mengapa respons mereka mungkin negatif. Umat Israel telah berulang kali berpaling dari Tuhan, menyembah berhala, dan mengabaikan hukum-hukum-Nya. Pemberontakan ini telah membawa mereka ke dalam pembuangan. Sebagai nabi, Yehezkiel diutus untuk menyampaikan firman Tuhan yang membawa peringatan, teguran, namun juga harapan pemulihan jika mereka mau bertobat.

Poin krusial dari Yehezkiel 2:5 terletak pada kalimat penutup: "mereka akan tahu, bahwa seorang nabi telah berada di tengah-tengah mereka." Ini menyiratkan bahwa meskipun mereka mungkin tidak mendengarkan atau menerima pesan tersebut, keberadaan Yehezkiel sendiri dan penyampaian firman Tuhan yang dia lakukan akan menjadi kesaksian yang tak terbantahkan. Tuhan memastikan bahwa umat-Nya tidak akan bisa mengelak dari tanggung jawab karena ketidaktahuan. Pesan kenabian, baik diterima maupun ditolak, akan menjadi bukti kehadiran Tuhan dan tuntutan-Nya kepada mereka.

Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya menyampaikan kebenaran, bahkan ketika menghadapi kemungkinan penolakan. Yehezkiel diperlengkapi bukan hanya dengan pesan, tetapi juga dengan pemahaman tentang sifat manusia yang keras kepala dan pilihan bebas yang mereka miliki. Tugas seorang utusan Tuhan seringkali melibatkan ketidakpastian dalam penerimaan, namun kepatuhan pada panggilan dan penyampaian firman adalah hal yang terpenting. Keberadaan nabi, yang menyampaikan firman Tuhan, menjadi bukti kehadiran dan keadilan Ilahi, memaksa umat untuk menghadapi realitas spiritual mereka.