Ayat Yehezkiel 2:7 ini merupakan bagian dari panggilan Allah kepada nabi Yehezkiel untuk menyampaikan pesan-Nya kepada bangsa Israel. Dalam konteks ini, bangsa Israel digambarkan sebagai "kaum pemberontak". Ini bukan pujian, melainkan gambaran jujur tentang kondisi rohani dan spiritual umat pilihan Allah pada masa itu. Mereka telah berpaling dari jalan Tuhan, menolak ajaran-ajaran-Nya, dan lebih memilih mengikuti keinginan hati mereka sendiri yang seringkali sesat. Keadaan ini menciptakan tantangan yang luar biasa bagi Yehezkiel. Bayangkan betapa beratnya tugas yang diemban oleh seorang nabi yang diutus untuk menyampaikan firman Allah kepada orang-orang yang keras kepala dan tidak mau mendengar.
Namun, di tengah kesulitan dan penolakan yang mungkin dihadapinya, Allah memberikan sebuah penegasan penting kepada Yehezkiel: "ketahuilah, bahwa seorang nabi telah berada di tengah-tengah mereka." Pesan ini memiliki makna ganda yang sangat mendalam. Pertama, ini adalah pengingat bagi Yehezkiel tentang identitas dan misinya. Ia bukan sekadar orang biasa, melainkan utusan ilahi yang membawa kebenaran dari Sang Pencipta. Keberadaannya di tengah-tengah mereka adalah sebuah tanda kasih dan kesabaran Allah yang luar biasa. Allah tidak membiarkan mereka tanpa peringatan, tanpa kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Kehadiran seorang nabi adalah bukti konkret dari perhatian ilahi.
Kedua, penegasan ini juga berfungsi sebagai sumber kekuatan dan keberanian bagi Yehezkiel. Meskipun ia mungkin akan menghadapi penolakan, bahkan permusuhan, ia harus tetap teguh dalam menjalankan tugasnya. Tugasnya bukanlah untuk membuat semua orang menerimanya, melainkan untuk menyampaikan firman yang telah dipercayakan kepadanya. Apapun respons mereka, kebenaran firman itu tetaplah firman. Tugas Yehezkiel adalah untuk setia menyampaikan, dan biarlah Roh Kudus yang bekerja di hati mereka. Ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap pelayanan atau tugas yang diberikan oleh Tuhan, seringkali kita dihadapkan pada situasi di mana penerimaan tidaklah instan atau mulus. Terkadang, kita melayani orang-orang yang terlihat acuh tak acuh, keras kepala, atau bahkan menolak pesan yang kita bawa.
Namun, Yehezkiel 2:7 mengingatkan kita untuk tidak berkecil hati. Kita diutus bukan untuk mencari popularitas atau penerimaan universal, melainkan untuk menjadi penyalur kehendak Tuhan. Keberadaan kita, kesaksian kita, bahkan kata-kata kita, jika disampaikan dengan setia dan didorong oleh kasih ilahi, adalah bukti kehadiran Tuhan. Apapun respons orang lain terhadap kebenaran yang kita sampaikan, kita dipanggil untuk tetap teguh, mengandalkan kekuatan dari Dia yang mengutus kita. Pesan ini relevan hingga kini, mengingatkan para pelayan firman dan setiap orang percaya bahwa Firman Tuhan harus terus disuarakan, terlepas dari kondisi pendengar. Kehadiran Tuhan, melalui hamba-Nya, adalah anugerah yang tak ternilai, sebuah kesempatan yang ditawarkan kepada setiap jiwa.