Ayat Yehezkiel 2:6 merupakan bagian penting dari nubuatan yang disampaikan oleh Nabi Yehezkiel kepada bangsa Israel. Dalam konteks ini, Yehezkiel diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan pesan kepada umat-Nya, yang pada saat itu sedang menghadapi masa pembuangan di Babel. Pesan ini bukan sekadar peringatan atau penghiburan biasa, melainkan seruan keras dari Tuhan mengenai dosa dan ketidaktaatan mereka.
Instruksi yang diberikan kepada Yehezkiel sangat spesifik. Ia harus menyampaikan firman Tuhan, terlepas dari bagaimana reaksi orang-orang mendengarnya. Ayat 2:6 secara khusus menekankan pentingnya keberanian ilahi yang harus dimiliki oleh seorang nabi. Ia dihadapkan pada gambaran yang menakutkan: "dikelilingi dursila dan duri," dan "duduk di antara kalajengking." Kata-kata ini secara simbolis menggambarkan kesulitan, tantangan, penolakan, dan bahkan ancaman yang mungkin dihadapi oleh Yehezkiel. Umat yang kepadanya ia diutus digambarkan sebagai "kaum pemberontak," yang berarti mereka keras kepala, tidak mau mendengar, dan seringkali menentang kehendak Tuhan.
Meskipun ayat ini berbicara tentang masa lalu, pesan yang terkandung di dalamnya tetap relevan hingga kini. Setiap individu yang dipanggil untuk menyampaikan kebenaran, baik dalam skala kecil maupun besar, dapat menghadapi situasi yang serupa. Kita mungkin tidak secara harfiah dikelilingi oleh duri atau kalajengking, namun kita bisa saja menghadapi penolakan, kritik tajam, cibiran, atau bahkan permusuhan ketika kita berbicara tentang nilai-nilai kebenaran, keadilan, atau iman. Lingkungan kerja, komunitas, bahkan keluarga terkadang bisa terasa seperti tempat yang penuh dengan "kaum pemberontak" yang menolak mendengarkan atau bahkan mengintimidasi.
Kata kunci Yehezkiel 2:6 mengingatkan kita bahwa tugas menyampaikan kebenaran seringkali membutuhkan keberanian yang luar biasa. Tuhan tidak menjanjikan jalan yang mudah bagi Yehezkiel, tetapi Dia memberikan jaminan bahwa Dia menyertainya. Pesan "janganlah takut" bukanlah seruan untuk mengabaikan bahaya, melainkan pengingat bahwa sumber kekuatan sejati datang dari Tuhan. Ketakutan dapat melumpuhkan, tetapi iman yang teguh kepada Allah dapat memberikan keberanian untuk terus bersuara, sekalipun dalam menghadapi kesulitan yang paling berat.
Dalam menghadapi perlawanan dan ketidakpercayaan, seperti yang dialami oleh Yehezkiel, kita dipanggil untuk tetap setia pada tugas yang diberikan. Kegagalan untuk bersuara karena takut hanya akan memperpanjang masalah. Sebaliknya, dengan mengandalkan Tuhan, kita dapat menemukan kekuatan untuk menjadi terang di tengah kegelapan, bahkan ketika lingkungan sekitar terasa mengancam. Pemahaman mendalam tentang Yehezkiel 2:6 memberdayakan kita untuk tidak mundur, tetapi maju dengan keyakinan bahwa Tuhan yang memberi tugas, juga yang akan memberi kekuatan.