Yehezkiel 22:8

"Engkau memandang ringan barang-barang kudus-Ku dan menajiskan hari-hari Sabat-Ku."
Sabat Kudus

Firman Tuhan dalam Kitab Yehezkiel, pasal 22 ayat 8, menyampaikan sebuah peringatan yang sangat mendalam mengenai pentingnya menghormati hal-hal yang kudus dan menjaga kekudusan hari Sabat. Ayat ini merupakan bagian dari seruan Allah kepada umat-Nya di Yerusalem yang telah menyimpang dari jalan kebenaran dan kekudusan. Dalam konteks sejarah, Yerusalem saat itu dilanda oleh berbagai macam dosa dan kemurtadan, yang mengakibatkan murka Allah.

Ayat ini secara spesifik menyoroti dua aspek penting yang telah diremehkan oleh umat tersebut: barang-barang kudus dan hari Sabat. Barang-barang kudus merujuk pada benda-benda yang dipersembahkan kepada Allah, yang digunakan dalam ibadah di Bait Suci, atau yang memiliki makna sakral dalam perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Menyakiti atau menajiskan barang-barang ini berarti menunjukkan ketidakpedulian dan penghinaan terhadap Allah sendiri serta segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.

Lebih lanjut, ayat ini menekankan pelanggaran terhadap hari Sabat. Sabat adalah hari istirahat yang dikuduskan oleh Allah, sebuah tanda perjanjian kekal antara Allah dan umat-Nya. Hari ini seharusnya menjadi waktu untuk beristirahat dari pekerjaan duniawi, merenungkan firman Tuhan, dan memperkuat hubungan pribadi dengan Sang Pencipta. Namun, umat pada masa Yehezkiel memandang ringan hari ini, menjadikannya hari biasa untuk melakukan aktivitas duniawi atau bahkan melakukan kejahatan. Ini menunjukkan hilangnya rasa hormat dan takut akan Allah dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Pesan Yehezkiel 22:8 tidak hanya relevan bagi umat Perjanjian Lama, tetapi juga terus bergema bagi umat percaya di masa kini. Dalam konteks kekristenan, meskipun hari perayaan mingguan berbeda (biasanya Minggu sebagai hari kebangkitan Kristus), prinsip kekudusan dan penghormatan terhadap waktu yang dikhususkan untuk Tuhan tetap berlaku. Menghormati perjamuan kudus, menghargai tempat ibadah, dan menguduskan waktu untuk Tuhan adalah bagian dari cara kita menunjukkan ketaatan dan kasih kita kepada Allah.

Perintah untuk "memandang ringan" menyiratkan sikap meremehkan, tidak menganggap serius, dan mengabaikan nilai dari hal-hal yang seharusnya dijaga kesuciannya. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya menganggap remeh ajaran firman Tuhan, mengabaikan pentingnya doa, atau menjadikan ibadah hanya sebagai rutinitas tanpa makna spiritual yang mendalam. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bisa termanifestasi dalam cara kita menggunakan waktu, harta, dan talenta yang Tuhan berikan, yang seharusnya dikelola demi kemuliaan-Nya.

Oleh karena itu, Yehezkiel 22:8 mengajarkan kita sebuah pelajaran penting tentang pentingnya menjaga kekudusan dalam segala aspek kehidupan. Ini adalah panggilan untuk kembali menghargai apa yang kudus bagi Allah, baik itu benda, tempat, waktu, maupun perintah-Nya. Dengan demikian, kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan Tuhan dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya, bukan hanya dalam ibadah formal, tetapi juga dalam setiap langkah kehidupan kita.